Peladophobia
Siang terik panas menyeruak.
Matahari tersenyum meniggalkan jejak. Mataku mulai lelah membaca huruf yang
tertera pada buku sajak. Juga berita-berita yang terdapat di media cetak.
Baiknya ku tinggalkan saja sejenak, karena cacing-cacing dalam perut mulai
berontak. Teman pun sedari tadi telah mengajak, mencari minuman dan makanan
yang tentunya enak-enak. Mulai dari jus sirsak, hingga ketoprak. Mulai dari es
krim rujak, hingga ayam goreng sambal bajak. Suka yang mana? Silahkan pilih
secara acak. Harganya? Tak sampai lima puluh ribu sudah termasuk pajak.
Setelah makan aku lanjut naik
becak, menuju hotel dekat Gunung Salak. Si tukang becak bernama Pak Razak,
sungguh baik hati dan tidak galak. Beliau berpesan hati-hati awas ada tukang
palak. Kami mengangguk ucapkan terimakasih banyak. Di ujung jalan aku melihat
penjual martabak. Martabak manis, cukup satu kotak. Enaknya dinikmati bersama
es pisang kolak.
Ketika kami sedang bercerita
kocak. Tetiba saja sungguh mendadak. Temanku histeris berteriak. Hingga
suaranya menjadi serak. Ada apa? Mataku terbelalak. Oh ternyata dia baru saja
tertabrak, oleh lelaki berbadan besar tegak. Untung saja tidak sampai lempar
asbak, hanya saja ia menangis terisak-isak, melihat lelaki itu berkepala botak,
juga berkumis tajam bagai landak. Maaf bukan maksud hati tak bijak, hanya saja
jantung kencang berdetak, bila melihat kepala yang botak.
#salamhumor
*Peladophobia : Ketakutan
terhadap orang botak.
Ilustrasi : www.nyunyu.com
6 Januari
2015
Komentar
Posting Komentar