Satu jam yang lalu aku bertengkar, bertengkar pada kata-kata yang ingkar. Seperti bayanganmu yang masih saja ingkar pada janjinya, janjinya yang tak akan terus datang mengganggu setiap mimpi-mimpiku. Aku berjalan ke sebuah meja yang letaknya berada di paling ujung. Di sana aku dan kamu biasa menghabiskan waktu bersama, saling bercerita, saling melemparkan senyum. Kita tak pernah kehabisan topik pembicaraan, dan hanya ada satu yang dapat menghentikannya, suara pramusaji yang berteriak bahwa kedai kopi sebentar lagi akan ditutup, karena waktu sudah larut malam.