Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

[Cerpen] Rindu Sudah Kedaluwarsa

Gambar
Seperti biasa, aku memotret senyummu, kelak aku akan menyimpannya. Semoga bisa bertahan lebih lama. Biasanya kedaluwarsa dalam beberapa hari. Tapi sepertinya kali ini tidak, semoga saja. Jogja, 3 April, 19.58 WIB “Halo sayang, sudah makan?” “Aku tak lapar,” bibirmu mengerucut. “Ada apa? Bagaimana dengan pekerjaanmu hari ini?” “Aku rindu kamu, aku benci rindu!” Aku menghela napas sepersekian detik, kemudian melanjutkan bicaraku, “Sayang, kamu tahu mengapa rindu tercipta?” Kamu menggeleng. Aku tahu betul, hatimu sedang tidak baik-baik saja. “Agar kita lebih menghargai kebersamaan,” lanjutku, kemudian menatapmu, matamu memerah, ada bulir bening yang hampir menetes dari sana. Hanya dalam hitungan minggu setelah kami berdua menikah, aku dipindahtugaskan ke Jogja, sementara dia – istriku, tetap menjalankan pekerjaannya di Bandung. Ya, kami terpisah jarak, dan kini sudah menginjak di tahun yang kedua. Jadwal kerja yang padat membuatku jarang pulang ke

[Puisi] Jihan Zahira

Gambar
Ah siapa yang tak jatuh cinta Pada wajah mungil jelita Melihatnya membuatku tak kuasa Tentangnya, ingin kutulis segala "Jihan tak boleh menangis, nanti Allah Marah", ucapnya Ah, siapa yang tak haru mendengarnya Usianya baru beranjak tiga Tegarnya bentuk kebesaran hatinya Sungguh kerdil aku merasa Betapa diri ini penuh alpa Sementara di luar sana Keluh kesah tak terhingga Terucap dari bibir penuh kata-kata Tapi tidak dengan Jihan Zahira Wahai Allah yang Maha Kuasa Ampunilah hamba yang penuh hina Leburkanlah segala dosa Taubat kami semoga Kau terima * Untuk semua jiwa-jiwa di sana, kuhaturkan segala doa, semoga selalu dalam lindungan-Nya. Oktober 2018 @poetri_apriani

[Cerpen] The Unspoken

Gambar
Teras Rumah, Pukul 06.00, Randi tengah merapikan kemeja dan celana panjangnya, rambutnya dibiarkan begitu saja tanpa disisir terlebih dahulu, sementara tangannya kemudian mengambil sepasang casual boots berwarna cokelat yang tergeletak di teras, tepatnya persis di depan pintu masuk. Semalam ia pulang amat larut sehingga lupa memperhatikan sepatunya, apakah sudah berada pada tempat semestinya atau tidak. Tidurnya hanya terhitung beberapa jam, itupun tergolong tak nyenyak, tubuhnya terasa pegal-pegal untung saja ia masih bisa bangun untuk melaksanakan sholat subuh walau tak dilakukan secara berjamaah di masjid terdekat. Seporsi sandwich telah berada di sakunya, "mempersingkat waktu sarapan", menurutnya. Pagi ini Randi harus sampai di kantor lebih awal karena ada beberapa hal yang harus ia persiapkan untuk keperluan meeting. Meeting selesai, semua berjalan dengan baik. Tapi seperti ada yang mengganjal di hati Randi, entah apa. Ia masih menerka-nerka. **

[Cerpen] Pilu di Palu

Gambar
Guncangan. Masih begitu terasa, di tubuh mungilnya, tentu juga pada hatinya. "Kak, Ayah sama Bunda di mana?" Aldi menggeleng. Pertanyaan yang sama terus mengalir dari bibir Kirana, adiknya. Kadang pertanyaan lain juga muncul. "Kak, kita makan apa? Aku lapar." Dua kakak beradik itu kini tengah berada di tenda pengungsian. Bantuan demi bantuan semakin banyak berdatangan, mulai dari bantuan bahan makanan, pakaian, obat-obatan serta bantuan berbentuk moril. Ada juga bantuan yg tak terlihat, namun tulus diberikan, doa. Gempa berkekuatan 7.7 SR beberapa waktu lalu rupanya membuat kakak-beradik tersebut kehilangan kedua malaikat tak bersayap mereka, hingga kini Ayah dan Bunda mereka belum juga ditemukan. Sementara Tim SAR seakan tak pernah lelah untuk terus mencari dan mengevakuasi korban. Keduanya berhasil ditemukan di saluran air. Aldi mengalami luka di bagian pelipis, kaki dan tangan. Sementara si kecil Kirana mengalami luka kecil di bagian kepa

[Puisi] Untitled

Gambar
Begini, tempo hari aku menanti kedatanganmu, yah walaupun kita hanya bersua lewat mimpi. Bagiku jarak bukanlah masalah. Percayalah, aku sungguh bahagia, aku begitu bersemangat setelahnya. Lirik demi lirik lagu favoritmu mengalun lembut di telingaku, ah kita pernah menyanyikannya bersama, bukan? Dan malam ini aku begitu mengharapkan kehadiranmu, karena rindu ini datang bersama pasukannya. Jangan lupa peluk aku ya, Bu!

Hydrogin Atom, Cara Praktis Terapi Hidrogen dalam Melawan Ratusan Penyakit

Gambar
Sekitar 80% dari tubuh manusia mengandung air. Hal tersebut menjadikan air sebagai hal vital dalam kehidupan sehari-hari. Untuk kebutuhan harian tubuh misalnya, kita dianjurkan minum air putih sebanyak dua liter atau kurang lebih setara dengan depalan gelas per hari. Air mineral mengalami pergeseran, seiring dengan perkembangan teknologi, kini air mineral biasa dapat diubah menjadi air hidrogen, minuman yang tak hanya baik bagi tubuh, tetapi juga kaya akan manfaat. Kamu pernah mengonsumsi air hidrogen? Tahukah kamu manfaat air hidrogen bagi kesehatan? Banyak pakar kesehatan yang menyarankan agar kita mengonsumsi air hidrogen aktif setiap harinya, mereka menilai air hidrogen ini memiliki keunggulan lain dibandingkan dengan air mineral biasa, salah satunya adalah karena air hidrogen mengandung antioksidan yang dipercaya dapat menangkal radikal bebas.  Pusing, sembelit, letih, lesu dan mudah sakit adalah beberapa jenis penyakit yang timbul akibat radikal bebas. Men