Bercumbu pada Bisu
(Sumber Ilustrasi : puariesthaufani.weebly.com)
Seminggu yang lalu, mata kita tertangkap basah saling bertatap. Aku mengendap, perlahan masuk kedalamnya. Mencuri kornea lewat masing-masing jendela. Di acara reuni itu, setelah dua tahun aku tak menatap wajahmu yang teduh. Sementara bibirku mendadak membisu, membatalkan keinginan yang sebenarnya telah lama ingin kulakukan, keinginan yang cukup sederhana, sangat sederhana. Menegurmu. Ya, hanya menegurmu. Sementara hatiku tak karuan bergemuruh setelah sekian lama menyimpan sesuatu yang tak pernah terucap, selalu aku pendam tanpa pernah kau tahu.
Kurcaci-kurcaci dalam hati ini ingin menyuarakan ‘suara hati’ mereka, mereka seakan menyeruak berjejal keluar menuntutku agar segera mengucapkan kata itu. Seseorang bernama Danu yang begitu sederhana namun mampu membuatku tak henti-hentinya terpana. Kami bersahabat semenjak kelas 1 SMA, hanya bersahabat tak lebih, itulah status kami, tapi ada sesuatu yang Danu tak pernah tahu. Yang selalu aku jaga, tak sedikitpun berkurang hanya saja selalu bertambah setiap harinya.
Aku menjaga persahabatan kita, mungkin juga perasaanmu. Aku tak ingin merusaknya. Walau belakangan ini rasanya hubungan kita cukup merenggang. Tak apa, aku sudah cukup senang, yang penting kau tetap mengingatku, walau sekedar sebagai sahabat. Lalu beberapa pertanyaan menyembul dalam pikiranku :
“Sampai kapan aku akan menyimpan rasa itu?”
“Sampai kapan Danu akan menganggapku hanya sebatas sahabat?”
“Bagaimana Danu tahu perasaaanku sementara aku tak pernah mengatakan apa-apa?”
Aku ini perempuan, apa-apa selalu aku hubungkan dengan perasaan, lalu sampai kapan aku akan tahan menjaga perasaan yang telah lama berlumut ini? Mungkin ada baiknya ini menjadi cerita yang selalu tersimpan. Untold story. Rasa yang tak pernah mampu aku ungkapkan padamu.
Komentar
Posting Komentar