Perempuan Sunyi dan Sebatang Rokok

14097563341608813447
http://sepocikopi.com

aku perempuan sunyi. di tengah keramaian aku berjalan sendiri. bukanlah sesuatu yang aneh bagiku. sebagian orang menyebutnya tabu. tapi aku menikmatinya, sambil berlalu. aku biasa berjalan sendiri. kemana saja. ke tempat yang aku suka. sungguh aku tak peduli. aku hanya ingin merasa bebas. walau dengan waktu yang terbatas. sebelum berangkat, aku meletakkan beban-beban yang memenuhi rongga dadaku. melepas sejenak segala masalah yang membuatku kesulitan bernafas.


duduk di bangku ketiga. aku letakkan segala. penat yang telah lama kusimpan. pada bangsal-bangsal pikiran. tetiba seorang lelaki datang. menawarkan rona senyum ceria. mata beradu pandang. hati berdegup ciptakan irama. selanjutnya kau sebutkan nama. katamu “panggil saja aku Arya”. lalu kamu bercerita tentang segala. juga beberapa tanya. ada yang tak luput dari pandangan. tergeletak diatas meja. begitu saja. kemudian aku membayangkan. sebatang rokok yang mungkin akan kau bakar. dan kepulan asap yang seakan menampar.

aku dipaksa kembali. pada bayang kelam masa lalu. ketika sebatang rokok berulang kali menghajarku. menghantamku dengan asap brutalnya. saat itu umurku menginjak usia lima. sebatang rokok ayah menyundut tanpa iba. tanpa aku tahu apa sebab salahnya. ibuku hanya bisa menangis. duduk tak berdaya dengan luka di pelipis. pukulan yang juga ayah lakukan dengan sadis.

semenjak itu aku tak suka rokok. walau hanya sebatang. walau hanya kepulan asapnya. sungguh aku tak suka rokok. aku tak mau lagi badai kan datang. menghancurkan kami tanpa rasa iba. lantas aku berlalu. meninggalkan Arya tanpa banyak kata. dan sebuah kertas yang bertuliskan. “Aku benci rokok, seperti aku membenci ayahku”.


3 September 2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nostalgia pada Sebungkus Es Mambo

Kumpulan Fiksi Kilat (6 Kata)