Perempuan Sunyi dan Sebatang Rokok
http://sepocikopi.com |
aku perempuan sunyi. di tengah keramaian aku berjalan
sendiri. bukanlah sesuatu yang aneh bagiku. sebagian orang menyebutnya tabu.
tapi aku menikmatinya, sambil berlalu. aku biasa berjalan sendiri. kemana saja.
ke tempat yang aku suka. sungguh aku tak peduli. aku hanya ingin merasa bebas.
walau dengan waktu yang terbatas. sebelum berangkat, aku meletakkan beban-beban
yang memenuhi rongga dadaku. melepas sejenak segala masalah yang membuatku
kesulitan bernafas.
duduk di bangku ketiga. aku letakkan segala. penat
yang telah lama kusimpan. pada bangsal-bangsal pikiran. tetiba seorang lelaki
datang. menawarkan rona senyum ceria. mata beradu pandang. hati berdegup
ciptakan irama. selanjutnya kau sebutkan nama. katamu “panggil saja aku Arya”.
lalu kamu bercerita tentang segala. juga beberapa tanya. ada yang tak luput
dari pandangan. tergeletak diatas meja. begitu saja. kemudian aku membayangkan.
sebatang rokok yang mungkin akan kau bakar. dan kepulan asap yang seakan
menampar.
aku dipaksa kembali. pada bayang kelam masa lalu.
ketika sebatang rokok berulang kali menghajarku. menghantamku dengan asap
brutalnya. saat itu umurku menginjak usia lima. sebatang rokok ayah menyundut
tanpa iba. tanpa aku tahu apa sebab salahnya. ibuku hanya bisa menangis. duduk
tak berdaya dengan luka di pelipis. pukulan yang juga ayah lakukan dengan
sadis.
semenjak itu aku tak suka rokok. walau hanya sebatang.
walau hanya kepulan asapnya. sungguh aku tak suka rokok. aku tak mau lagi badai
kan datang. menghancurkan kami tanpa rasa iba. lantas aku berlalu. meninggalkan
Arya tanpa banyak kata. dan sebuah kertas yang bertuliskan. “Aku benci rokok, seperti aku membenci ayahku”.
3 September 2014
Komentar
Posting Komentar