Sepasang Nama pada Sebuah Undangan

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAoWM9Acr4miwZLT3gDYkm3fR6xabL4kt3RsX3A7Bn35GDk1U9Gq9k9kf_TjhRRtBo3qsStPCdQ1VOUDRZVm0jdI6gTN2eLwWc1bpAt6t8cWFqrs2byNo4D8DesNhEbH74VOP88ohGFosJ/s1600/cincin+pertunangan.jpg
http://2.bp.blogspot.com

Hari ini kekasihku akan datang bersama keluarganya untuk melamar, kami telah berpacaran semenjak bangku kuliah – lima tahun lalu, bukan waktu yang singkat? Memang. Aku bersolek – tak seperti biasanya. Mataku bersinar, pipiku merona, bibirku merah jambu. Kakak kembaranku Fina tersenyum tak kalah manisnya.

“Kau terlihat begitu cantik, Fani..” ujar Kak Fina seraya merapihkan kebayaku.

H-7 Resepsi Pernikahan
Aku tak dapat hentikan, tangisanku meledak, aku menangis tersedu-sedu tatkala melihat undangan pernikahan elegan berbalut warna pink-silver yang tergeletak di meja tamu.

— -oOo- —

UNDANGAN PERNIKAHAN

Fina Widyatama

dengan

Radit Pramudya

— -oOo- —

Dan yang tertera bukanlah namaku. Kak Fina tersenyum lebar, merasa puas telah bersanding dengan Radit di pelaminan.


Air mataku tumpah.
Aku mengalah.
Aku menyerah
Aku lari dari rumah.
Dengan luka hati bernanah.
Dengan tangis bersimbah darah
Sudahi segala sumpah serapah.
Aku memang sampah

11 Agustus 2014


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nostalgia pada Sebungkus Es Mambo

Kumpulan Fiksi Kilat (6 Kata)