Sekotak Hati untuk Dee – Part 2

1396844967569806380
Ilustrasi (ukhtyjeje.wordpress.com)

Kafe Taman, tepat pukul empat sore Dee telah datang sebagaimana janjinya dengan Frey. Seperti biasa, Dee memesan Milkshake Vanilla kesukaannya. Pukul 16.10, dari kejauhan Dee melihat Frey, tapi ternyata Frey tidak sendiri. Frey datang bersama Nindy dan seorang laki-laki yang entah siapa, Dee belum pernah mengenal sebelumnya.


“Hai..adik cantik? Sudah lama ya nunggu disini?” sapa Nindy pada Dee.

“Ahh..mbak Nindy ini apa nggak salah mbak aku dibilang cantik?” ucap Dee sambil garuk-garuk kepalanya yang sebenarnya sedang tidak gatal. “Mbak Nindy makin dekat ke acara pertunangan, makin cuantik aja deh”

“Bisa aja kamu Dee..”

Muka Dee memerah, ia pun terpana melihat Nindy yang dari hari kehari makin terlihat cantik.

“Oh iya Dee, kenalin ini sepupuku, namanya Arif” ucap Frey.

“Hhmm..Oh..Hallo, Dee..”

“Arif..”

“Nama aslinya sih Anindita Frista Lestari, tapi dipanggil Dee, katanya sih biar keren, hehe..”

“Mas Frey, mulai deh jahilnya keluar” ucap Dee sambil mengeluarkan jurus manyunnya.

Mereka bertiga pun menertawakan gaya unik Dee tersebut.

Dee dilanda kebingungan, ia tak menyangka jika pertemuan dengan Frey kali ini adalah untuk memperkenalkannya dengan sepupu Frey.

Ahh.. Kenapa Mas Frey harus ngenalin aku sama Arif sih? Bukan Arif yang aku butuh sekarang

Dalam hati Dee tampak kecewa, entah kecewa yang seperti apa, ia sendiri tak mampu mendeskripsikannya.

Setelah pertemuan kemarin, beberapa kali Arif mengajaknya ngedate, dan Dee bersedia. Diam-diam Arif menaruh hati kepada Dee. Sampai suatu ketika, Arif berusaha menyampaikan maksud hatinya kepada Dee.

“Dee..kamu tau nggak, semenjak aku kenal kamu pertama kali, aku mulai suka sama kamu..”

“Ohh..gitu yah? Hehe..”

“Kok malah ketawa sih? Aku serius..” ungkap Arif lebih meyakinkan lagi.

“Hahhh..?? Aku? Hhhmm..aduh..”

“Gimana Dee?”

“Hhmm...” Dee menggumam, berpikir agak lama.

“Maaf Arif, tolong kasih aku waktu, aku nggak bisa jawab sekarang…”

Keadaan mendadak hening, padahal suasana disana sedang ramai-ramainya. Keduanya tertelan kecanggungan, bingung harus memulai percakapan apa lagi. Arif hanya bisa mengiyakan keinginan Dee. Menunggu keputusan Dee untuk menerima cintanya atau tidak.

***

Dee membaringkan tubuhnya ke kasur, ia memikirkan kejadian tadi siang. Ia tak menyangka jika Arif bisa secepat itu mengungkapkan cinta padanya. Belum juga terlelap tiba-tiba handphone Dee berdering. Dee terkejut ketika nama yang muncul pada layar hp-nya adalah Rio.

Rio mau apa lagi dia? Apa masih belum puas nyakitin aku? Huhhh..

Berkali-kali berdering hingga akhirnya dengan terpaksa Dee mengangkat telepon tersebut.

“Dee, tolong dengerin aku sekali lagi, aku minta maaf atas kejadian yang lalu, itu cuma salah paham Dee, aku mau kita ketemu lagi, Dee aku masih sayang kamu……”

Dee terdiam, air matanya menetes begitu saja. Rio bagaimana mungkin semudah itu aku melupakanmu? Tapi bagaimana pula dengan duri yang telah menancap perih pada hatiku? Sepertinya kali ini Dee tidak mau melewatkan kesempatan. Ya, Dee bersedia menemui Rio.

***

Seminggu lagi adalah hari pertunangan Frey dan Nindy, Dee pun ikut sibuk mempersiakan beberapa kebutuhan yang diperlukan Frey. Ada kegundahan yang tampaknya tak bisa ditutupi Dee. Entah kegundahan tentang apa? Padahal seharusnya Dee turut bahagia. Karena Frey, laki-laki yang telah bertahun-tahun bersahabat dengannya, bahkan ia anggap sebagai kakaknya sendiri, akan bertunangan dengan wanita pujaan hatinya.

“Dee, gimana aku keren nggak kalo pake yang ini?” Tanya Frey pada Dee sambil mencoba satu persatu pakaian yang telah Dee persiapkan untuknya.

“Iyaa..keren kok…” Dee menjawab seadanya.

“Kamu kenapa? Lagi nggak enak badan? Kok tumben jawabnya flat banget?”

“Eh, oh nggak kok, aku……”

“Aku apa?”

“Ehhm..mas kamu pake kemeja batik yang ini aja yah, lebih manly keliatannya, gimana?”

Tiba-tiba saja Dee mengalihkan pembicaraan. Dahi Frey berkerut, ia menangkap gelagat aneh dari Dee. Tapi sepertinya Frey tak mau ambil pusing, ia betul-betul menikmati waktu yang semakin mengajaknya ke hari bahagianya dengan Nindy. Frey mengangguk, sepertinya ia suka dengan kemeja batik pilihan Dee tersebut.

Ah..kenapa juga aku harus mendadak jadi orang linglung seperti ini? Harusnya aku bahagia! Seminggu lagi Mas Frey dan Mbak Nindy kan mau tunangan, ayo Dee kamu nggak boleh ngecewain Mas Frey!

Hati Dee bergejolak, sepertinya ada sesuatu yang ia sembunyikan dari Frey. Apakah itu? Di lain sisi Dee juga tengah galau. Apakah ia akan menerima cinta Arif? Atau akan kembali ke dalam pelukan Rio?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nostalgia pada Sebungkus Es Mambo

Kumpulan Fiksi Kilat (6 Kata)

Sepatu Jebol