Sekotak Hati untuk Dee – Part 2
Ilustrasi (ukhtyjeje.wordpress.com) |
Kafe
Taman, tepat pukul empat sore Dee telah datang sebagaimana janjinya dengan
Frey. Seperti biasa, Dee memesan Milkshake
Vanilla kesukaannya. Pukul 16.10, dari kejauhan Dee melihat Frey, tapi ternyata Frey tidak sendiri. Frey
datang bersama Nindy dan seorang laki-laki yang entah siapa, Dee belum pernah
mengenal sebelumnya.
“Hai..adik
cantik? Sudah lama ya nunggu disini?” sapa Nindy pada Dee.
“Ahh..mbak
Nindy ini apa nggak salah mbak aku dibilang cantik?” ucap Dee sambil
garuk-garuk kepalanya yang sebenarnya sedang tidak gatal. “Mbak Nindy makin dekat ke acara
pertunangan, makin cuantik aja deh”
“Bisa aja
kamu Dee..”
Muka Dee
memerah, ia pun terpana melihat Nindy yang dari hari kehari makin terlihat
cantik.
“Oh iya
Dee, kenalin ini sepupuku, namanya Arif” ucap Frey.
“Hhmm..Oh..Hallo,
Dee..”
“Arif..”
“Nama
aslinya sih Anindita Frista Lestari, tapi dipanggil Dee, katanya sih biar
keren, hehe..”
“Mas
Frey, mulai deh jahilnya keluar” ucap Dee sambil mengeluarkan jurus manyunnya.
Mereka
bertiga pun menertawakan gaya unik Dee tersebut.
Dee
dilanda kebingungan, ia tak menyangka jika pertemuan dengan Frey kali ini
adalah untuk memperkenalkannya dengan sepupu Frey.
Ahh.. Kenapa Mas Frey harus ngenalin aku sama Arif
sih? Bukan Arif yang aku butuh sekarang…
Dalam
hati Dee tampak kecewa, entah kecewa yang seperti apa, ia sendiri tak mampu
mendeskripsikannya.
Setelah
pertemuan kemarin, beberapa kali Arif mengajaknya ngedate, dan Dee
bersedia. Diam-diam
Arif menaruh hati kepada Dee. Sampai suatu ketika, Arif berusaha menyampaikan
maksud hatinya kepada Dee.
“Dee..kamu
tau nggak, semenjak aku kenal kamu pertama kali, aku mulai suka sama kamu..”
“Ohh..gitu
yah? Hehe..”
“Kok
malah ketawa sih? Aku
serius..” ungkap Arif lebih meyakinkan lagi.
“Hahhh..??
Aku? Hhhmm..aduh..”
“Gimana
Dee?”
“Hhmm.…..” Dee menggumam, berpikir agak
lama.
“Maaf Arif, tolong kasih aku waktu, aku
nggak bisa jawab sekarang…”
Keadaan
mendadak hening, padahal suasana disana sedang ramai-ramainya. Keduanya
tertelan kecanggungan, bingung harus memulai percakapan apa lagi. Arif hanya bisa mengiyakan
keinginan Dee. Menunggu keputusan Dee untuk menerima cintanya atau tidak.
***
Dee membaringkan tubuhnya ke
kasur, ia memikirkan kejadian tadi siang. Ia tak menyangka jika Arif bisa
secepat itu mengungkapkan cinta padanya. Belum juga terlelap tiba-tiba handphone Dee berdering. Dee terkejut
ketika nama yang muncul pada layar hp-nya adalah Rio.
Rio mau apa lagi dia? Apa masih belum puas nyakitin aku? Huhhh..
Berkali-kali berdering hingga
akhirnya dengan terpaksa Dee mengangkat telepon tersebut.
“Dee, tolong dengerin aku sekali
lagi, aku minta maaf atas kejadian yang lalu, itu cuma salah paham Dee, aku mau
kita ketemu lagi, Dee aku masih sayang kamu……”
Dee terdiam, air matanya menetes
begitu saja. Rio bagaimana mungkin
semudah itu aku melupakanmu? Tapi bagaimana pula dengan duri yang telah
menancap perih pada hatiku? Sepertinya kali ini Dee tidak mau melewatkan
kesempatan. Ya, Dee bersedia menemui Rio.
***
Seminggu lagi adalah
hari pertunangan Frey dan Nindy, Dee pun ikut sibuk mempersiakan beberapa
kebutuhan yang diperlukan Frey. Ada kegundahan yang tampaknya tak bisa ditutupi
Dee. Entah kegundahan tentang apa? Padahal seharusnya Dee turut bahagia. Karena
Frey, laki-laki yang telah bertahun-tahun bersahabat dengannya, bahkan ia
anggap sebagai kakaknya sendiri, akan bertunangan dengan wanita pujaan hatinya.
“Dee, gimana aku keren nggak kalo
pake yang ini?” Tanya Frey
pada Dee sambil mencoba satu persatu pakaian yang telah Dee persiapkan untuknya.
“Iyaa..keren kok…” Dee menjawab
seadanya.
“Kamu kenapa? Lagi nggak enak
badan? Kok tumben jawabnya flat
banget?”
“Eh, oh nggak kok, aku……”
“Aku apa?”
“Ehhm..mas kamu pake kemeja batik
yang ini aja yah, lebih manly
keliatannya, gimana?”
Tiba-tiba saja Dee mengalihkan
pembicaraan. Dahi Frey berkerut, ia menangkap gelagat aneh dari Dee. Tapi
sepertinya Frey tak mau ambil pusing, ia betul-betul menikmati waktu yang
semakin mengajaknya ke hari bahagianya dengan Nindy. Frey mengangguk,
sepertinya ia suka dengan kemeja batik pilihan Dee tersebut.
Ah..kenapa juga aku harus mendadak jadi orang linglung seperti
ini? Harusnya aku bahagia! Seminggu lagi Mas Frey dan Mbak Nindy kan mau
tunangan, ayo Dee kamu nggak boleh ngecewain Mas Frey!
Hati Dee bergejolak, sepertinya ada sesuatu yang ia
sembunyikan dari Frey. Apakah itu? Di lain sisi Dee juga tengah galau. Apakah
ia akan menerima cinta Arif? Atau akan kembali ke dalam pelukan Rio?
Komentar
Posting Komentar