Selubung Netra
(Dalam Selubung Putih) |
Karya Kolaborasi : Fadli Hermawan dan Putri Apriani
/1/
Kata orang sedari lahir mataku indah
Wajahku cantik jelita
Kulitku putih
Hingga mereka menyebutku Haura
Sepasang bola mata hitam
Membuat siapapun ingin memandang
Tapi sayang kornea sepertinya enggan bertahta
Duniaku terasa gelap, tanpa cahaya
Duniaku seakan tak nyata
Hanya mampu teraba oleh rasa
/2/
Panggil
saja aku Melati
Sejak
kecil aku tinggal di panti
Ibuku
mati
Ayahku
kawin lagi
Kakakku
pergi
Tiada
lagi teman berbagi
Hanya
sendiri bersama sunyi
Kini
aku mengabdi
Pada
“malaikat” bernama Bu Prapti
Wanita
tanpa rahim nan baik hati
Aku
dianggapnya sebagai anak sendiri
(Seorang Diri di Tepi Danau) |
/3/
Aku
suka melukis
Walau
mata tiada mampu melihat
Aku
suka melukis apa yang aku dengar
Apa
yang aku rasa
Menggambarkan
dunia
Senyum
bahagia
Semua
yang terasa nyata
Bersama
suara-suara alam hujan yang merintik
Tawa
ceria anak-anak
Desiran
angin
Hingga
percakapan jangkrik di tengah senyap malam
Aku
lukiskan keindahannya dengan segenap rasa
Dan
aku tiada sesal
Mengadu
sedu pada sang nasib
Bahagia
aku melukis indah dengan mata sanubari
(Tangan-tangan Hangat) |
/4/
Mata
sanubari kekuatanku
Menyemai
benih harapan dalam indah lukisan
Memanen
buah kesuksesan, berbagi pada tersayang
Untuk
ibu, sosok yang kurindukan
Untuk
ayah, dengan segala harapku akan perjumpaan
Untuk
kakak, yang melanglang buana dalam setiap nafasnya
Untuk
bu Prapti, yang sabar setia mendampingiku
Aku
lukiskan setulus hati akan kasih sayangku
Pada
kanvas kehidupan ini
Dengan
tetes haru dan suka cita
Mata
sanubari temani aku
Cerahkan
hari-hariku bersama keindahanmu
/5/
Kini
aku telah tumbuh menjadi seorang gadis
Mimpiku
menjadi seorang pelukis tergapai sudah
Seringkali
aku mengadakan pameran lukis
Kanvas,
kuas, dan cat air adalah sahabat terbaik dikala aku gundah
/6/
Pada
sebuah pameran
Aku
berkenalan dengan seorang pemuda
Namanya
Yudha
Seorang
dokter muda nan rendah hati
Ia
mengatakan akan mencari pendonor kornea untukku
Aku
bahagia, aku terharu
Mimpiku
melukis dunia sesaat lagi kan menjadi nyata
/7/
Tibalah
pada akhirnya
Aku
memandang dunia dengan segenap nyata
Rupa-rupa
alam yang indah merona
Wajah-wajah
orang tersayang
Kulihat
ayah, dalam tubuh senjanya, datang menemuiku.
“Anakku,
kau telah tumbuh menjadi sosok yang cantik jelita.”
“Matamu
indah menawan, demikian pula dengan sanubarimu.”
Dan
ketika Yudha turut menghadirkan sosok dirinya padaku
Ia
pun seraya tersenyum, berkata:
“Melati,
maukah kau menjadi pendamping mata sanubariku?”
“Bersama
kita melukis dunia, dengan kebahagiaan nyata.”
(Melukis Bahagia) |
/8/
Pada
Yudha, dengan segala kerendahan hatimu
Kiranya
tiada cukup aku berucap sekedar terima kasih
Izinkanlah
aku melukis rupa kebaikanmu
Yang
membaur bersama warna-warni cinta
20 Oktober 2014
Komentar
Posting Komentar