Untuk yang Selalu Kurindukan : “Jogja”
Ilustrasi (dokumen pribadi/Putri Apriani) |
Karya Kolaborasi : Chez Septiyani dan Putri Apriani
Pernah ku bertanya apa
istimewanya dirimu. Ribuan orang memujamu, ingin mengenalmu, lebih dalam dan semakin dalam
lagi ketika mereka telah benar-benar datang padamu. Lalu, apa komentar mereka
setelah bertemu denganmu? Rindu, kau selalu membuat rindu. Membuat mereka ingin
kembali menyapamu. Nyaman, kau memberikan kenyamanan kepada mereka, siapa saja,
yang datang padamu. Kau menawarkan kenyamanan untuk siapa saja, kau menawarkan
kesederhanaan. Sederhana yang istimewa. Bagimu untuk menjadi istimewa tidak
melulu soal hal yang modern, hal yang mewah atau hal yang berkilau.
Mereka yang mendatangimu
sudahlah istimewa. Ya, karena hanya sesuatu yang istimewa hanya untuk
orang-orang yang istimewa pula. Istimewa yang sederhana. Tidak perlu kursi
berbungkus kain putih dan berpita, cukup segulung tikar digelar di lantai
kasar. Kemudian, mereka hanya perlu duduk bersila dan menikmati hidangan. Tidak
perlu ruangan luas penuh lampu mewah, cukup emperan toko dengan kebisingan
jalan dan sorotan lampu kendaraan. Apa itu masih kurang istimewa? Masih ada
musisi yang siap melengkapi makan malam istimewa.
Apa cuma itu? Tentu tidak,
kau punya pilihan lain untuk mereka yang ingin merasakan keistimewaanmu. Apa
itu? Gerobak dengan tenda berwarna orange atau biru, dengan lampu kecil dan
satu atau dua kursi panjang. Dimana kalian bisa menemukan tukang becak, buruh
bangunan, karyawan kantor, pegawai negeri, sampai mungkin direktur bisa
berkumpul? Angkringan.
Setiap sudutmu tidak
pernah sepi, terminalmu, stasiunmu, bandaramu. Tidak pernah lengang dari mereka
yang ingin menikmati dan memuaskan rasa penasaran akan keistimewaanmu. Bodoh
ketika aku bertanya, kau punya apa, nyatanya kau punya segala. Alam indah
membentang, budaya lestari, senyum manis ramah.
Sejauh apapun kaki ini melangkah,
membuai diri dengan berbagai impian. Namun hati telah menambatkan cintanya.
Bukan karena kau tempat aku dilahirkan. Tapi ini adalah pilihanku. Lalu aku
bertanya apa istimewanya dirimu, jawabnya kau istimewa karena kau memang
istimewa.
deru
nafas ini selalu merindu
pada udaramu
yang berkicau merdu
pagiku
bermain lincah dengan tugumu
mengamati
becak-becak yang hendak berlalu
langitmu
baurkan beribu kenangan
tentang
jejak yang lemparkan kekaguman
pada
jalanan :
yang
berikan nada
pada
jalanan :
yang berikan
cita rasa
pada
jalanan :
yang
berikan cerita
pikirku
menelisik
pada
suasana beraroma klasik
para
kepik mendekat lalu berbisik
“akankah
kau kembali pada kota nan apik?”
mana mungkin aku tak kembali,
bila separuh nafasku tertinggal disini?
sejauh
apapun kaki ini melangkah
takkkan
henti aku menggoreskan kisah
tentang
senyum yang dibiarkan merekah
tentangmu,
tentang segala yang bagiku indah
tentang
jogja
yang
sederhana
tapi
begitu istimewa
9 Juni 2014
Komentar
Posting Komentar