Aku, Kamu, Kita #2

13976274181478509555
Ilustrasi (m.merdeka.com)

Tenanglah. Akan kujelaskan kisah yang terlanjur terpaku pada sebaris dinding. Dalam sebuah ruang, tersudut milyaran aksara terbujur kaku, tertimbun ratusan cerita dalam sebuah album yang dinamakan kenangan. Kisah-kisah yang lalu hendak kubuang, namun masih saja terhalang bulu roma yang merinding.
 
“Adakah hatimu masih bertengger pada hatinya?” Kau berbisik lirih padaku.

Kurasa tidak lagi! Hanya saja waktu memintaku untuk bersabar. Bahwa tidak semua kenangan mampu terhapus begitu saja, tetap saja butuh waktu.”

Sayang, ini bukan lagi tentangku dengannya. Kini ada kamu yang setia memompa jantungku. Ketika aku rasa hidup begitu sulit. Sayang, coba pandangi saja cermin itu.

“Apa yang kaulihat? Adakah kau didalam cermin itu sayang?” Aku memastikan. Kau mengangguk.

Tak perlu lagi kau pertanyakan. Siapa yang akan aku lihat pertama kali selepas ku terbangun. Siapa yang akan mencium keningku. Siapa yang akan memelukku erat bila nanti aku mengigil kedinginan. Pandangi saja cermin itu. Tersenyumlah. Percayalah jika laki-laki itu adalah kamu.

16 April 2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nostalgia pada Sebungkus Es Mambo

Kumpulan Fiksi Kilat (6 Kata)