Aku, Kamu, Kita #2
Ilustrasi (m.merdeka.com) |
Tenanglah.
Akan kujelaskan kisah yang terlanjur terpaku pada sebaris dinding.
Dalam sebuah ruang, tersudut milyaran aksara terbujur kaku, tertimbun
ratusan cerita dalam sebuah album yang dinamakan kenangan. Kisah-kisah
yang lalu hendak kubuang, namun masih saja terhalang bulu roma yang
merinding.
“Adakah hatimu masih bertengger pada hatinya?” Kau berbisik lirih padaku.
“Kurasa
tidak lagi! Hanya saja waktu memintaku untuk bersabar. Bahwa tidak
semua kenangan mampu terhapus begitu saja, tetap saja butuh waktu.”
Sayang,
ini bukan lagi tentangku dengannya. Kini ada kamu yang setia memompa
jantungku. Ketika aku rasa hidup begitu sulit. Sayang, coba pandangi
saja cermin itu.
“Apa yang kaulihat? Adakah kau didalam cermin itu sayang?” Aku memastikan. Kau mengangguk.
Tak
perlu lagi kau pertanyakan. Siapa yang akan aku lihat pertama kali
selepas ku terbangun. Siapa yang akan mencium keningku. Siapa yang akan
memelukku erat bila nanti aku mengigil kedinginan. Pandangi saja cermin
itu. Tersenyumlah. Percayalah jika laki-laki itu adalah kamu.
16 April 2014
Komentar
Posting Komentar