Sekotak Hati untuk Dee – Part 3
Ilustrasi (koleksi.proposal-cinta.2012) |
Ribuan
tanda tanya membuncah dalam kepala Dee, ia seakan tak mampu lagi melayani satu
persatu keinginan mereka. Dee dilanda kebimbangan, Arif orang yang baru dikenalnya juga bukan
orang sembarangan, Arif berasal dari keluarga terpandang, ayahnya merupakan
seorang pengusaha kuliner yang terkenal di salah satu kota besar di Jawa
Tengah, selain itu Dee juga yakin Frey tak akan mungkin menjerumuskannya,
dengan mengenalkan Dee pada orang yang salah, Dee yakin itu tidak mungkin.
Sementara Rio, selama enam tahun Dee menjalin kasih, semua berjalan baik-baik
saja. Dee yang notabene adalah seorang anak tunggal, memang butuh sosok dewasa
seperti Rio, sama seperti Frey yang juga merupakan sosok laki-laki dewasa dan
dapat dipercaya. Hingga akhirnya kejadian perselingkuhan Rio dengan Siska, yang
membuat Dee tak percaya lagi dengan Rio.
Dee
bimbang harus memilih Arif atau Rio, tapi juga tak bisa dipungkiri, bahwa hati
Dee telah merujuk pada satu nama.
Hingga
akhirnya hatinya harus memutuskan..
Terimakasih telah menyayangiku dengan segenap
kekurangan dan kelebihanku, tapi hati tak bisa dipaksa untuk jatuh pada tempat
yang tak diinginkan, karena aku telah memilih hati yang lain.. (pesan untuk
Arif dan Rio)
Ah hati yang mana yang telah aku pilih? Aku tahu itu
juga bukan pilihan yang tepat! Karena hati tersebut telah ada pemiliknya, ini
gila Dee!
***
Frey
tampak gelisah, karena hingga
kini Nindy belum juga sampai
di Jakarta. Perjalanan Bandung - Jakarta seharusnya tidak memakan waktu yang
lama, hanya 3-4
jam, tapi entah mengapa hingga menjelang malam, Nindy juga belum memberikan
kabar pada Frey.
Frey
sibuk menghubungi keluarga, sahabat serta rekan kerja Nindy, tapi belum ada kepastian
tentang Nindy. Hingga beberapa jam setelahnya, Frey mendapatkan kabar bahwa siang tadi Nindy
mengalami kecelakaan tunggal, sempat dilarikan ke Rumah Sakit terdekat, namun
nyawanya tak mampu tertolong lagi. Dee yang mendengar kabar tersebut ikut shock, dengan sigap Dee berusaha
menopang tubuh Frey yang hampir kehilangan keseimbangan.
***
Frey
seperti mayat hidup sepeninggal Nindy. Dee tahu persis, karena ia pun dulu
sempat merasakan kehilangan orang yang begitu dicintainya. Bahkan mungkin ini
lebih sakit. Nindy yang begitu baik tiba-tiba pergi persis sehari sebelum hari
pertunangan mereka.
Sekuat
tenaga Dee menghibur Frey, namun tampaknya kali ini usahanya masih nihil,
sedikitpun tak ada senyum yang keluar dari wajah Frey. Sungguh ini kedua
kalinya ia kehilangan laki-laki yang amat ia sayangi setelah dulu ia pernah
kehilangan Rio. Ya,
akhirnya Dee tak mampu membohongi dirinya lagi, bahwa ada perasaan yang lebih
dari sekedar hubungan kakak-adik. Dee begitu menyayangi Frey, walau Frey tak
pernah tau itu.
***
Setahun,
setelah kepergian Nindy, Frey mulai menemukan hidupnya kembali. Ia mencoba
untuk move on dari masa lalunya. Dee begitu gembira
mendengar kabar baik tersebut. Namun rupanya Dee masih sungkan bila harus
bertemu dengan Frey lagi.
Dan tiba-tiba…
“Dee,
ketemuan yuk di tempat biasa ya?! Udah lama nih nggak ketemu Dee yang
unyu-unyu, aku tunggu pukul tujuh malam.” ajak Frey.
Dee
melompat kegirangan, ia seakan tak percaya bahwa pesan singkat yang baru ia
terima adalah pesan dari seorang Frey, yang kabarnya saja sudah lama tak ia
dengar.
Hahh..aku nggak salah liat? Mas Frey tiba-tiba ngajak
aku jalan lagi setelah lama kita nggak ketemuan?
Dee
mengiyakan ajakan Frey. Tiga jam lagi pukul tujuh. Ia
bersiap, dan kemudian
bergegas menuju Kafe
Taman.
Sebentar lagi pukul tujuh, aku harus sampai disana
sebelum pukul tujuh!
Kali ini Dee bukan lagi gadis
tomboy, ia mencoba untuk tampil lebih girly.
Dress bercorak batik dengan warna dominan tosca
selutut, cardigan silver, legging hitam dan tidak lupa wedges yang
juga berwarna silver, simple namun tetap anggun.
Semoga Mas Frey suka sama penampilanku yang sekarang, hihihi..
Setibanya di Kafe Taman, seorang
pelayan menggiring Dee pada sebuah meja, entah dari mana pelayan itu tau jika
Dee tengah berjanjian dengan Frey. Dengan sedikit kikuk, ia pun duduk. Disana
ada sebuah kotak bertuliskan “open me,
please..” Dengan rasa penasaran Dee membukanya, didalam kotak tersebut ada
secarik kertas bertuliskan beberapa bait puisi.
(Backsound : Christina Perri - A Thousand Year)
Anindita Frista Lestari,
Mengenalmu bagai rinai hujan yang
tuntaskan dahaga di tengah musim
kemarau
Melihatmu tertawa aku lega bagai
tawanan yang terlepas setelah sekian tahun terpasung
Masih ada satu ruang dihatiku
yang masih belum terjamah hingga kini
Dan aku, memilihmu untuk singgah
dan menetap pada tempat tersebut
Maukah Dee?
-Dimas Firyawan-
(Puisi
lengkapnya : Sepucuk Surat untuk Dee)
Dee tak kuasa menahan lagi, air
matanya terjun deras melalui bukit-bukit pipinya. Diujung matanya tampak
seorang Frey membawa seikat bunga dan sebuah kotak kecil. Frey berjalan menuju
Dee dengan senyuman yang teduh.
“Dee, maaf ya kalo aku buat kamu
nangis. Dee rasanya aku sudah nggak perlu lagi mengenal kamu lebih jauh, kamu
juga nggak perlu tanya sejak kapan rasa ini mulai muncul. Sekarang aku hanya
ingin kamu mengisi kekosongan hati aku Dee, kamu bersedia?”
Frey membuka kotak kecil
tersebut, disana ada sebuah cincin cantik. Dee mendadak bisu, bibirnya tak
sedikitpun mampu mengucapkan kata-kata. Namun ada yang masih bisa Dee lakukan.
Mengangguk.
– TAMAT –
3-5
April 2014
Komentar
Posting Komentar