Tiga Batang Lilin dan Sebuah Pendakian
https://mindakronik.files.wordpress.com |
Tadinya
aku hanya butuh sebatang lilin yang mampu menemaniku dalam gelap, mungkin untuk
sementara waktu, karena aku tahu, ia akan kehabisan cahaya setelah tubuhnya
meleleh, ia tak akan lagi mampu menerangiku. Dan tinggalah aku seperti biasa,
hanya sebuah ruang gelap. Walau ada banyak barang berharga yang aku miliki
namun semua itu percuma, karena aku gelap, semua serasa kosong, semua tak
terlihat, hampa.
Dan
perlahan kau mulai menunjukkan, bahwa kau ini lebih dari sebatang, dua batang,
bahkan tiga batang lilin, pijarmu mampu terangi seluruh ruangku yang cukup
luas. Seluruhnya yang aku miliki akan tampak, bahkan terlihat terang benderang.
Hidupku kini lebih berwarna. Itu yang aku rasakan setelah kau hadir.
Aku
memiliki sebuah gunung es yang begitu besar dan kokoh, sedari dulu sulit sekali
ditaklukkan, sulit sekali luluh dalam cair, kalaupun pada akhirnya meleleh ia
akan kembali lagi kokoh dalam hitungan jam saja. “Mengapa begitu sulit?” kadang aku sendiripun bertanya begitu.
Sementara
kau, tampak begitu mudah mendaki gunung es, padahal permukaannya begitu licin,
banyak yang terpeleset kemudian menyerah pulang. Kau juga bukan orang yang
mulus dalam pendakian tersebut. Bedanya dengan orang lain adalah, kau ini
pantang menyerah, terpeleset puluhan kali menurutmu adalah hal biasa, kau akan
bangkit kemudian mulai mendaki lagi. Aku terperangah melihatmu.
Dan
akhirnya bongkahan gunung es tersebut selesai juga kau taklukan. Aku bertepuk
tangan kegirangan, mungkin baru kau saja yang berhasil dengan anggun meluluhkan
sikapku yang dingin pada belantara. Sekarang bongkahan cinta itu mulai mencair.
Dan kaulah pemenangnya.
9 Mei 2014
Komentar
Posting Komentar