Mukena buat Emak

https://yessytriana.files.wordpress.com

Langit pagi ini tampaknya ingin mengajak kami bermain, mentarinya terlihat bersahabat, tak terlalu menyengat, para awan sepertinya juga siap berjaga agar kami tetap merasa teduh dibawah payungnya. Adi, Anwar, Lila dan Cita yang merupakan empat anak muda dari sekian banyak Pejuang Senyum Community yang terletak di Jalan Gejayan. Ya, kami menyebut para relawan sebagai Pejuang.


Keempatnya menyunggingkan sebuah senyum, memperlihatkan gigi mereka yang tertata rapi, mereka mulai bersiap membeli perlengkapan sholat dan juga takjil yang akan digunakan untuk acara Buka Bersama anak-anak salah satu Panti Asuhan di Jogja. Mereka biasa menyebutnya dengan Senyum Ceria Ramadhan (SCR).

Mereka berempat kemudian membagi menjadi dua kelompok. Adi dan Lila membeli perlengkapan sholat, sedangkan Anwar dan Cita membeli bahan keperluan takjil. Adi dan Lila memutuskan untuk membelinya di Pasar Beringharjo, sementara Anwar dan Cita beranjak pada sebuah pasar yang dekat dengan base camp mereka.

Keesokan harinya, pada sebuah sore..

Sekitar seratus anak berkumpul rapi, duduk mengikuti acara yang diselenggarakan dengan apik. Satu per satu dari mereka dibagikan paket perlengkapan sholat, dan juga takjil untuk berbuka puasa.

Hingga..tetiba ada seorang anak lelaki mendatangi panitia yang sedang berkumpul.

“Kak, saya boleh minta tukar baju koko dan sarung ini dengan mukena ndak?”

“Lho, kamu kan anak lelaki, kok minta mukena?”

“Bukan untuk saya kak”

“Lha terus untuk siapa?”

“Untuk Emak, kasihan sudah ndak punya mukena, mukena lamanya sudah banyak yang sobek”

Sontak mereka yang mendengarkan pengakuan bocah polos itu merasa terenyuh. Ahmad, bocah lelaki berusia delapan tahun, yang begitu polos namun berjiwa besar, rela membiarkan dirinya tidak mendapatkan jatah baju koko dan sarung asalkan sang Emak bisa mengenakan mukena baru di Hari Raya Idul Fitri nanti. “Tetap berjiwa besar ya Ahmad, kami membutuhkan orang-orang sepertimu” ucap Anwar penuh haru.

“Ini, kami berikan kamu sebuah mukena untuk Emakmu, baju koko dan sarungnya ndak usah dikembalikan, itu hakmu” Ujar Cita

“Betul Mbak, ini untuk saya semua?”

“Iyaa..”

“Terimakasih Mbak, terimakasih Mas..”

Perasaan bahagia tak dapat lagi disembunyikan Ahmad. Dengan berlari kecil Ahmad pulang, senyumnya merekah, ingin segera bertemu dengan si Emak dan memberikan kado terbaik yang pernah bisa ia berikan selama hidupnya.

“Emak, Ahmad pulang bawa mukena baru buat Emak…..” ucapnya penuh semangat.


24 Juli 2014

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nostalgia pada Sebungkus Es Mambo

Kumpulan Fiksi Kilat (6 Kata)