Semangkuk Soto untuk Ibu
Sore itu sepulang kerja aku mendapati tubuh lemah ibuku terbaring di atas kasur, ada ayah dan kakakku yang mendampinginya. Tubuhnya kini seperti tulang yang hanya dibalut kulit tipis, kurus sekali, padahal sebelumnya ibu tergolong gemuk, keriputnya juga makin melebar, bicaranya tersendat-sendat. "Pa..nas.. badan Ibu panas." Kata Ibu seraya mengusap-usapkan wajah dan sekujur tubuhnya. Ayah dengan sigap mengipasi ibu dengan kipas rotan agar tetap berada di suhu yang stabil. Ibu memang tak menjalani kemo walau kanker payudaranya sudah mencapai stadium 3B, pengangkatan salah satu payudara pun sudah dilakukan setahun yang lalu. Dengan berbagai pertimbangan, ibu ingin menjalani pengobatan alternatif saja. Dari obat berupa jamu-jamuan yang ibu minum, menimbulkan rasa panas yang luar biasa. Ah, aku seringkali acuh, bahkan seperti tak punya hati nurani. Seringkali kami terlibat selisih paham belakangan ini, ya, mungkin aku memang anak durhaka. *** Malam selepas mag...