Karena Kompasiana, Mimpi Saya Akhirnya Terwujud

Karena Kompasiana, Mimpi Saya Akhirnya Terwujud

Dulu sewaktu SD saya paling suka sama yang namanya pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya mengarang bebas. Pokoknya paling semangat kalo guru ngasih tugas mengarang. Saya juga suka nulis di buku diary, satu atau dua buku diary tuh nggak cukup buat saya, butuh lebih dari itu.
Masuk SMP saya makin suka sama kegiatan nulis, ya puisi, ya cerpen, kebetulan ikut extrakurikuler sanggar sastra, jadi berasa punya temen sharing dalam dunia kepenulisan deh #halah.
Semenjak itu saya punya mimpi, mimpi tulisan-tulisan saya bisa dibaca oleh banyak orang, entah gimana caranya. Waktu itu kepikirannya cuma kirim naskah ke beberapa majalah remaja. Berhasil? Berhasil dong, berhasil DITOLAK maksudnya, hehe.. Sebagai anak ababil (baca : abege labil) saya sempat putus asa lho, nggak mau nulis, males nulis lagi karena ngerasa tulisan ancur lebur nggak karuan, ngerasa tulisan nggak layak buat dibaca banyak orang. Tapi bukan berarti saya berhenti nulis gitu aja. Setiap tanggal 22 Desember saya suka nulis puisi buat ibu saya, karena saya termasuk orang yang sulit ngungkapin isi hati #tsah jadilah saya tulis perasaan saya lewat puisi di selembar kertas. Saya taruh di kamar ibu, dibaca ibu, duh terhura eh terharu banget rasanya.
SMA masih suka nulis, malah makin seneng karena jadi pengurus mading di beberapa organisasi sekolah, mayan hobi jadi tersalurkan.
Pas kuliah saya sempet ninggalin hobi nulis saya, nyesel sih, kenapa juga sempet vakum beberapa tahun. Sampe akhirnya Oktober 2013, saya lihat artikel Kompasiana yang dishare oleh temannya teman saya, iseng-iseng saya buka, "Kompasiana? Apaan sih?" begitu batin saya waktu itu, satu persatu saya telusuri, dan saya lihat ada kanal fiksi! Daaaaaaann.. girang maksimal dong pastinya!
Dari situ saya memberanikan diri memposting puisi-puisi saya yang terhitung mulai dari tahun 2004, untuk tahun-tahun sebelumnya entah udah kemana. Sedih rasanya nggak punya arsip karya-karya sendiri, padahal itu bisa jadi asset yang tak ternilai harganya buat saya, uhuk!.
Di Kompasiana, saya mewujudkan mimpi saya yang sebenernya sederhana, karya saya (yang masih acakadul itu) bisa dibaca puluhan bahkan ratusan orang, diapresiasi oleh beberapa kompasianer dengan komentar ataupun voting rasanya kayak mau guling-gulingan di kasur! (lah itu mah udah mainstream keles, wkwkwk).
Saya langsung berpikir untuk mimpi selanjutnya (yang sekaligus menjadi target di tahun 2015 ini) adalah bergabung dalam beberapa antologi, entah itu antologi puisi, maupun antologi cerita. Seru kali ya bisa gabung dalam satu buku dengan penulis-penulis hebat/senior, berasa paling kece seantero jagad raya deh. Anda muak? Abaikan kalimat terakhir tadi.
Bagi sebagian orang, menerbitkan antologi mungkin adalah perkara mudah. Tapi bagi sayaaaaaaaaaaaaaaa (eh kepanjangan, hehe) butuh perjuangan extra. Walau udah bergabung di Kompasiana sejak 2013, tapi saya masih belum pede ikutan lomba fiksi. Baru tahun 2014 iseng-iseng ikutan lomba, tapi baru tahun 2015 karya saya berhasil dibukukan, sekalinya lolos, langsung 3 buku! Duh senengnya, alhamdulillah Ya Rabb..
(1). Antologi Puisi "Progo 3" bersama 38 penyair oleh Keluarga Studi Sastra Tiga Gunung (KSS3G) Temanggung.

Cerita selengkapnya ada di sini. Dalam buku tersebut, 8 puisi saya berhasil lolos, antara lain :

Cintamu Tanpa Jeda (dengan judul asli : Selamat Merayakan Hari Ibu di Surga ya Bu!)

Dan Ketika

Pada Setumpuk Jerami dan Seutas Tali

Jiwa yang Telah Terpenggal

Dua Senja
Kurcaci Negeri
Senandung 5 Waktu
Melukis Keelokan Parasmu [Batik]

[Cover : Antologi Puisi Progo 3]

[Profil Penulis]

[Dua dari delapan puisi yang terpilih]

(2). Rampaian Cerita Mini Kartini "Pelangi Perempuan Negeri" oleh Rumpies The Club
Cermin yang terpilih dengan judul Anak Haram.


[Cover : Pelangi Perempuan Negeri]

[Cerita mini dengan judul Anak Haram]

(3). Antologi Puisi "Perempuan dalam Aksara" oleh Desa Rangkat Community
Ada dua puisi yang tercantum dalam buku ini, yaitu Syair Senyummu Sriwedari dan Wanita Surga.


[Cover : Perempuan dalam Aksara]

[Puisi : Syair Senyummu Sriwedari]

[Puisi : Wanita Surga]

Ya udah segitu aja curhat narsis saya. Yang jelas karena Kompasiana saya punya teman bahkan keluarga baru, suka dikira jurnalis, dikira kerja di Kompas, pokoknya banyak deh, yang baik-baik harus di-aamiin-kan dong. Terima kasih ya Kompasiana, selamat ulang tahun yang ke-7, sukses selalu..

Terima kasih juga untuk : Keluarga Studi Sastra Tiga Gunung, Rumpies The Club, Desa Rangkat Community, dan..... Fiksiana Community (udah nggak sabar nunggu dua buku yang bakal terbit, "Fiksi Aku Punya Impian" dan "Fiksi Ramadhan" hehe..)

[Fiksi - Aku Punya Impian]
 

Pertama kali dipublikasikan di Kompasiana
*seluruh ilustrasi adalah milik penulis


Komentar

  1. keren. jadi ingin mencoba dan berani untuk menulis lalu publikasikan ke kompasiana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silahkan Mbak, moga sukses ya, salam kenal.
      Maaf baru bales ^^

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nostalgia pada Sebungkus Es Mambo

Kumpulan Fiksi Kilat (6 Kata)