Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Peternak Puisi

Gambar
Setiap harinya, ia bangun sebelum ayam berlomba untuk berkokok. Bergegas mandi kemudian bersiap menuju pasar. Di pasar yang jaraknya sekitar satu kilometer dari rumah, ia berbelanja banyak kata yang nantinya ia rangkai menjadi sebuah kalimat, kemudian baris, dan menjadi bait-bait yang indah. Ia menamakan benda tersebut dengan puisi.

Ombrophobia

Gambar
Tahukah kamu, bahwa hujan memiliki kemampuan untuk menghipnotis dan meresonansi ingatan masa lalu? Hujan juga menimbulkan sesuatu yang membekas, berupa genangan dan kenangan.

Pawang Hujan

Gambar
Beberapa waktu yang lalu para warga berbondong-bondong mendatangi rumahku, air telah membanjiri penjuru kampung, padahal musim hujan belum tiba. Dan aku dianggap sebagai orang yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut.

[Fiksi Horor dan Misteri] Aku Telah Mati?

Gambar
Matahari tepat berada di atas kepala ketika keadaan kian mencekam. Banyak tangan-tangan yang sibuk dengan pekerjaan barunya, mulai dari melempar botol, melempar kayu, membakar apa saja yang mereka lihat, menjarah toko-toko, menodongkan pisau bahkan tak segan-segan menghunuskannya pada tubuh-tubuh tak bersalah. Di antaranya mungkin ada perut kosong yang belum makan sejak dua hari yang lalu. Panas, hawa semakin panas ketika api dengan cepat menyebar ke mana-mana. Tak ada yang tahu persis bagaimana awal kejadian dari semua ini. Semua begitu cepat terjadi.

Kepelan, Camilan Murah Meriah ala Klaten

Gambar
Klaten nyatanya tak hanya terkenal dengan sop ayam, ayam panggang, sego gudangan, dan getuk kurung saja. Masih berasal dari kecamatan yang sama dengan Getuk Kurung, yaitu kecamatan Pedan, tepatnya di desa Ciro, di sanalah Kepelan berasal. Kepelan merupakan cemilan khas Klaten yang terbuat dari bahan-bahan sederhana seperti tepung gandum, bawang merah, bawang putih, merica, garam, air dan sedikit penyedap rasa, semua bahan tersebut dihaluskan dan dicampur hingga menjadi sebuah adonan, setelah itu baru di goreng kecil-kecil menyerupai kepalan tangan. Nama Kepelan sendiri bersumber dari bentuknya yang menyerupai kepalan tangan.

Kisah September

Gambar
malam  ini hujan hendak berbagi berbagi kisah tentang rindu  yang telah disimpannya selama ratusan hari rindu yang membeku hingga akhirnya mencair menghasilkan remahan kenangan yang tak terhingga jumlahnya

September di Cilember

Gambar
Aku pernah terluka. Terluka karena tanganmu tak menyambutku. Terluka karena rasamu abaikan rasaku. Ya, aku pernah terluka, olehmu. "Dasar gombal!" "Kain gombal?" "Capek ngomong sama kamu!" "Tapi aku nggak pernah capek sayang sama kamu, Laras."

Getuk Khas Klaten, Bukan Sembarang Getuk

Gambar
Getuk memang identik dengan masyarakat Jawa, contoh getuk yang populer dan masih banyak ditemui di pasar tradisional adalah Getuk Lindri, disajikan dengan parutan kelapa yang membuat makanan manis berbahan dasar singkong ini menjadi lebih nikmat dan gurih.

Mungkin Kamu Masih Menjelma Sebagai Rindu

Gambar
Mungkin kamu masih menjelma sebagai rindu, atau doa-doa yang aku panjatkan setiap detiknya. Barangkali pula waktu masih ingin bermanja-manja denganku, sehingga memberikan jeda pada pertemuan kita.

Secangkir Rindu untuk Randu

Gambar
Lana “Aku serius….” kata-kata yang diucapkan Randu beberapa jam yang lalu masih beterbangan dalam pikiranku. Lelaki yang telah aku kenal sejak sepuluh tahun yang lalu itu memang tak pernah gagal membuat hatiku luluh.

Melestarikan Rindu yang Mulai Punah

Gambar
Begini, tempo hari kamu datang padaku dengan membawa satu kantong rindu yang terakhir. Katamu rindu sudah mulai punah, dan kamu tak mampu berbuat apa-apa. Aku menggelengkan kepala, tak setuju dengan perkataanmu. Sebegitu menyerahkah kamu tentang rindu-rindu yang tersisa?

Lagi-lagi Tentangmu

Gambar
Gamang, aku mengatur napas, perlahan. Sekeping kenangan tentangmu baru saja menusuk ingatanku.

Arnold Leopard

Gambar
Sepertinya aku jatuh cinta. Lelaki misterius itu selalu membuatku candu. Awalnya aku hanya melewati sebuah rumah megah bercat merah. Aku sendiri tak tahu apa yang sedang dia lakukan saat itu. Hari-hari berikutnya, aku melakukan hal yang sama, melewati rumah yang sepertinya lebih cocok bila disebut dengan bangunan tua. Lelaki itu lagi. Selalu dengan posisi yang hampir sama, duduk di bangku besar dengan secangkir minuman, atau duduk dengan sebuah buku di genggamannya. “Maaf……” Tanganku seakan lancang membuka pintu tanpa permisi terlebih dahulu. Dia tak berkutik, hanya menoleh sedikit tanpa mengatakan apa-apa. “Maaf, aku lancang, aku hanya ingin tahu…... Ah, kau tinggal sendiri?” Lanjutku memecah keheningan. Lagi, tak ada jawaban. Dasar aneh! Batinku. Aku mulai kesal dibuatnya, tanpa pikir panjang, aku beranjak pergi meninggalkan rumah tersebut. “Tunggu.” Lelaki tadi memanggilku. “Arnold.” Ucapnya sambil mengulurkan tangan. Akupun mengulurkan tangan tanpa ragu. “

Sebuah Penantian di Ujung Dermaga

Gambar
"Aku sayang kamu.." Jemarimu membelai pipiku, hembusan napasmu berlari bersamaan tiupan angin yang menyapu dermaga sore ini. Aku hanya menatap sejenak, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. "Kapan kamu mau percaya?" Aku hanya melemparkan isyarat, menggeleng serta mengangkat bahu. "Senja yang jadi saksinya," ucapmu meneruskan. "Kenapa hal yang kita sukai, harus menjadi saksi sebuah perpisahan, yang juga merupakan sebuah kesedihan?" Tanyaku. Kamu menghela napas. "Belum waktunya." "Sampai kapan?" tanyaku kembali. "Aku janji akan kembali, untuk kamu. Mungkin butuh waktu yang agak lama, semoga saja kamu sabar menanti." "Ya, tak ada pilihan lagi." ucapku mulai pasrah. "Berapa lama?" Kamu lalu menyebutkan angka tiga. Tiga tahun untuk sebuah penantian, sekaligus pembuktian. Kala itu kita berbincang di bawah naungan langit yang cukup bersahabat. Hingga akh

Kaki yang Diam, Kaki yang Melangkah dan Roda yang Berputar

Gambar
luruh langit pedih kemudian menangis air menggenang meratapi nasibnya namun sesungguhnya: tiada yang sia-sia ada kaki yang diam sejenak. menanti langit bersedia hentikan tangis. menanti Tuhan mengabulkan segala harapnya. menanti malaikat meng-aamiin-kan doa-doa di kala hujan.

Balada Rasti dan Adin

Gambar
“Pryang!!!” Sebuah suara keras terdengar jelas dari dalam rumah. Sepertinya suara piring yang dilempar kemudian pecah berkeping-keping. Ada suara lainnya juga yang Rasti dengar, yaitu tangisan ibunya. Ibunya yang menangis sambil menggendong adik kecilnya yang masih balita. Ibunya yang menangis karena bertengkar dengan ayahnya. Rasti menutup telinganya dengan kedua tangan. Hampir setiap hari kejadian serupa terjadi, baik siang maupun malam. Sama halnya dengan Rasti, para tetangga pun ikut tutup telinga atas pertengkaran kedua orang tuanya. Anak perempuan yang usianya sudah pantas masuk sekolah dasar itu hanya bisa terdiam atau menangis melihat tingkah kedua orang tuanya. Bahkan, tanpa rasa iba, ayahnya kerap kali memukuli Rasti juga adik-adiknya.

Ada Anak Bertanya pada Ibunya

Gambar
Udin mengusap-usap perutnya yang keroncongan, sudah sejak tadi ia menahan rasa lapar yang mendera. Langkah kakinya yang gontai seakan mengajaknya ke sebuah kedai Pizza yang terletak sekitar lima puluh meter saja dari posisinya saat ini. “Bu, Udin laper.” Ibunya mengangguk, lalu dengan sabar mengatakan, “sabar ya Nak, sebentar lagi kan kita sampe di rumah.” Udin mengiyakan kata-kata ibunya, namun kakinya tak mau berhenti, menuju kedai pizza tersebut. “Bu, itu makanan apa?” tanya Udin mendekati jendela, di mana para pengunjung tengah asyik menyantap slice demi slice pizza yang terletak di atas meja mereka.

Seporsi Tahu Gejrot Ketika Hujan Datang

Gambar
Sore itu Jakarta diguyur hujan. Semua berlarian mencari tempat berteduh. Menunggu. Belasan menit terlewati, semua kembali seperti sedia kala. Seperti penjual tahu gejrot yang kembali meracik dagangannya dengan sepenuh hati. “Ah, rupanya rezeki masih berpihak padaku,” batinnya, ketika beberapa pembeli datang mengantri.

Cinta yang Terpaksa Dikubur Hidup-hidup

Gambar
aku menyaksikkan ratusan rindu mengepakkan sayapnya mungkin mereka ingin mem bawa rinduku terbang terbang menemuimu tapi, mungkinkah? ah, semua itu hanya omong kosong! hanya sebuah khayalan yang merengek pada tuannya

Untuk Lelaki yang Berhasil Menyia-nyiakanmu

Gambar
untuk lelaki yang berhasil menyia-nyiakanmu mungkin hatinya telah hilang dirampas wanita-wanita tak punya malu yang hanya harapkan berkantong-kantong uang raganya yang mulai layu jiwanya yang merasa terbuang jalani hidupnya yang seolah jemu sementara imannya makin kian kerontang

Kalah Pesona

Gambar
Hati Bimo kini sedang berbunga-bunga. Bagaimana tidak, seminggu yang lalu status jomblonya yang sudah melekat selama bertahun-tahun akhirnya lepas juga. Rini, nasib gadis tersebut ternyata tak secantik wajah dan body nya yang aduhai. Nasibnya kurang beruntung karena ia yang akhirnya jatuh ke pelukan Bimo, yang jelas-jelas pernah menyandang status ‘jomblo karatan’. “Beb, aku bener-bener sayang sama kamu loh,” ucap Bimo pada Rini yang tengah asyik dengan gadgetnya. “Sama, Beb.” “Kok kamu datar banget sih jawabnya?” tanya Bimo heran. “Wajar lah, Beb, kan hari ini aku belom ngemall .” Bimo yang tengah asyik-asyik tiduran di sofa, secara spontan langsung berdiri dan menggandeng tangan Rini, ia bergegas mengajak Rini ke sebuah mall ternama di Jakarta. Sesampainya di sana, Bimo mempersilahkan kekasihnya itu untuk bebas mengambil barang yang Rini suka, berapapun harganya.

Lenyap

Gambar
dengar dengarkan aku baik-baik dengarkan aku saja, ya hanya aku ada daun yang merintih ketika terjatuh ada pula yang tersenyum ketika terhempas ke tanah yang kedua adalah aku aku yang berusaha tak menghujani pipiku dengan air mata aku yang telah bertekad untuk tetap kuat berdiri

Aku yang Melupa

Gambar
aku adalah tumpukan dosa yang tak terhingga seperti turunnya hujan yang tak juga ingin reda dan aku memang mahluk yang tak tahu malu mengulang dosa padahal aku begitu kecil bagi Sang Kuasa

[Nggak] Kekinian ala Aldo

Gambar
Malam itu, Aldo dan kawan-kawannya tengah berkumpul, dan terlibat dalam perbincangan yang cukup seru. “Vroh, wiken besok ngetrip lagi yok ke Lombok?” ajak Remi pada teman-temannya. “Aldo, lo harus ikut yak, nggak ada alesan,” Pandu menimpali. Aldo menggeleng. “Kali ini gue absen dulu deh.” “Kenapa?” tanya Raja. Aldo menggeleng lagi, wajahnya seperti sedang menyiapkan sebuah jawaban. “Ah, nggak asik lo vroh! Lagi mager [1] lo ya? ” ketus Andre. Kemudian Aldo menepuk bahu Pandu yang kebetulan sedang duduk di sampingnya. “Udahlah kalian aja yang pergi, lain waktu gue ikutan deh.” Aldo mengumbar senyum pada keempat temannya yang sedang kompak memasang muka masam. Dari kesemuanya, memang Aldo lah yang paling sering absen dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan. Uniknya, Aldo merupakan anak yang cukup pendiam dan tertutup, tak heran teman-temannya sering dibuat jengkel dengan tingkat ke- cool -annya yang sudah di ambang batas.

Sepotong Ayam untuk Sebuah Senyuman

Gambar
Dia pulang. Tepat pukul tujuh malam, ketika aku baru saja menyelesaikan pekerjaanku sehari-hari. Mulai dari bersih-bersih rumah, mencuci, menyetrika, juga memasak. Kebetulan hari ini aku libur bekerja, syukurlah aku jadi bisa lebih fokus mengerjakan pekerjaan rumah.

Lontong Istimewa Otong Surotong

Gambar
Sebuah tangisan akhirnya menggugah hati Otong, bagaimana tidak, tangisan itu makin lama makin keras saja. Tak peduli bahwa banyak orang tengah berkerumun. Di lapak sederhana bertuliskan “Lontong Istimewa Otong Surotong” para pembeli rela berdesakkan demi mendapatkan apa yang mereka inginkan. “Lontongnya dua puluh rebu dong, Bang.” “Bang, jangan lupa sambelnya yang banyak.” “Lontong sama tahu isi kayaknya enak nih, bungkus dah Bang, gocap ya.”

Menatap Ramadan

Gambar
Lana mengusap perutnya yang kian hari makin membuncit. Sebentar lagi bulan Ramadan tiba, dan sebentar lagi mungkin malaikat kecilnya akan terlahir ke dunia, ya ini adalah bulan kesembilan dari kehamilannya, sayang ayah dari sang bayi tersebut pergi meninggalkan Lana. Pergi karena telah memilih wanita lain. Tujuh tahun yang lalu merupakan hari bahagia Lana dan Surya, ayah dari bayi yang dikandungnya saat ini. Pernikahan indah mereka lama kelamaan menjadi terkikis karena belum hadirnya buah hati. Lana dianggap mandul, padahal hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Lana subur, alias tidak mandul.

Menanti Takjil

Gambar
Aku menanti takjil datang Seperti aku  yang menantinya kembali pulang Membawa senyumnya yang bergelombang Setiap sore, Faisal dan emaknya berjualan takjil di depan jalan raya yang berjarak tak jauh dari rumahnya. Seringkali takjilnya habis terjual. Namun tak jarang juga meninggalkan sisa. Bila tak habis, takjil yang mereka jual pun masih bisa mereka makan sebagai menu buka puasa. Atau bisa juga diberikan kepada para tetangga. Takjil yang mereka tawarkan pun beraneka ragam, ada kolak, es buah, lontong, juga aneka gorengan.

Lupa Bawa Nyali

Gambar
Aku memegang jantungku yang sedari tadi tak tenang. Tingkahnya tak karuan, bergeser ke sana dan ke sini, belum lagi lututku yang hampir copot, sepertinya tak kuat menopang tubuhku yang gemetar sejak puluhan menit yang lalu. “Kehujanan di mana, Kak?” adikku yang sedang duduk di ruang tamu bertanya ketika melihat tubuhku basah kuyup. “Di khayangan,” jawabku asal.

[Fiksi Kuliner] Mbok "Cenil" Surti

Gambar
Putri Apriani, No.1 Aku suka sekali jajan pasar. Kuliner tradisional Indonesia yang sudah mulai jarang ditemui ini sebenarnya menyimpan banyak cerita, kalian mau dengar ceritaku? Namanya Mbok Surti. Sehari-hari Mbok Surti berjualan berbagai jenis jajan pasar, mulai dari gatot, tiwul, sawut, cenil, kue pisang, kue bugis, klepon, dan banyak lagi yang lainnya. Dari sekian banyak jajanan yang dijual, aku lebih suka dengan cenil. Makanan ini terbuat dari adonan tepung kanji yang diberi warna sesuai dengan keinginan (biasanya berwarna pink, kuning, hijau), disajikan dengan parutan kelapa dan taburan gula putih di atasnya. Tekturnya yang kenyal, warnanya yang menarik serta rasanya yang manis dan gurih membuat aku menggilai kue cenil ini.

[Fiksi Kuliner] Terselip Kenangan Antara Jubung dan Ayas

Gambar
Jenang Ayas Putri Apriani, No. 1 Lengkap sudah kebahagiaanku. Hanya berselang sekitar lima bulan perkenalan kami, aku kini resmi menyandang status baru, sebagai Nyonya Althaf. Awalnya aku hanya menginginkan pesta sederhana yang hanya dihadiri keluarga dan kerabat. Namun pihak keluarga suamiku nyatanya telah mempersiapkan semua, pesta kebun dengan dekorasi yang luar biasa cantiknya. Aku pun tak pernah mengharapkan honeymoon di sebuah penginapan mewah, pergi ke luar kota apalagi ke luar negeri, tapi nyatanya dewi fortuna sedang tak ingin jauh dariku. Dua tiket telah disiapkan suamiku menuju ke timur Pulau Jawa, rupanya ada pekerjaan di sana jadilah kami sekaligus menikmatinya sebagai bulan madu. "Za, pokoknya kamu nggak perlu tahu kita akan pergi ke mana, ini surprise untuk kamu." ucap suamiku seraya meletakkan telunjuknya pada hidungku. Aku tersenyum manja sambil mencubit pipinya "Ih, kamu bikin aku penasaran aja sih, Mas?"

Ali

Gambar
“Oh, udah SD? Kok badannya kecil sih?” “Oh, saya kira anak Ibu masih usia empat tahun.” “Ali, pendeeeekkkk, Ali pendeeeeekkkk.” “Makanya minum susu dong biar cepet tinggi.” “Ih, udah SD kok masih ngompol sih?” Begitu lagi, lagi dan lagi . Gerutu Lastri. Ali, anak keduanya sebenarnya sudah berusia tujuh tahun, sudah hampir naik ke kelas dua sekolah dasar. Tubuh Ali yang mungil, dan hobinya yang masih mengompol membuat banyak orang menganggap Ali belum pantas masuk ke taman kanak-kanak.

The Art of Liora (2)

Gambar
Karya Kolaborasi : Putri Apriani dan Septiyaning [ Cerita sebelumnya ] Sore senja di sudut Jogja Terucap doa kau tau isi hati ini Dan bila itu tak terungkap Tetap kunikmati, rasa jatuh cinta sendiri Tak mampu kuungkap segalanya Izinkan kurenungkan Segala rasa Biarkan kata hati bicara Dan bila kita tercipta Untuk bersama Biarkan kata hati yang tunjukkan Mungkin nanti akan kusesali Hari ini aku diam dan tak lakukan Tak mampu kuungkap segalanya Izinkan kurenungkan Segala rasa Biarkan kata hati bicara Dan bila kita tercipta Untuk bersama Biarkan kata hati yang tunjukkan Sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Nadya Fatira berjudul ‘Kata Hati’ mengalun indah dari mp3 player milik Ratna. Tumpukan berkas-berkas di meja kerjanya harus ia selesaikan malam ini juga. Besok pagi semua berkas yang telah ia kerjakan akan digunakannya sebagai bahan presentasi di hadapan para klien. Yah, setahun sudah ia bekerja di perusahaan otomotif yang pernah i

Pasar Malam

Gambar
Dua hari yang lalu ada pasar malam di seberang jalan sana, jaraknya hanya sekitar 100 meter dari rumahku. Aku suka pasar malam, aku ingin main komedi putar, kincir angin mini, melihat kerlap kerlip lampu, menikmati manisnya gulali, dan banyak lagi.  Kata ibuku, pasar malam yang satu ini agak berbeda dibandingkan dengan pasar malam lainnya. Pasar malam dekat rumahku hanya menjual dua macam hewan, kupu-kupu dan tikus. Dan ibu tak memperbolehkan aku ke sana. Pasar malam yang aneh , batinku sambil mengrenyitkan dahi. Aku tak berhenti di situ, keingintahuanku sangatlah besar, aku kembali mendekati ibu lalu bertanya, "Bu, kenapa saya nggak boleh ke sana? Saya suka liat kupu-kupu sama tikus juga kok."

Janji Mila (2)

Gambar
Janji Mila Part II Oleh : Putri Apriani dan Imas Siti Liawati [ cerita sebelumnya ] Mila gelisah. Sudah hampir lima belas menit berlalu, Kamal belum juga muncul. Padahal tadi laki-laki itu mengajaknya bertemu di café yang terletak di depan sekolah. Tetapi sampai saat ini batang hidung Kamal pun belum sama sekali terlihat. Ck, Sialan! kema… Mila baru saja mengumpat dalam hati ketika pintu café terbuka dan mendapati Kamal tengah terengah-engah menghampirinya. “ Sorry, sorry , Yang!” ucapnya dengan napas putus-putus. Ditariknya kursi yang berada di hadapan Mila. “Netty maksa harus nyelesein tugas kelompok hari ini. Jadi mau nggak mau aku telat kemari.” Ada tugas kelompok pada pelajaran Biologi di kelas dan sayangnya pembagian kelompok ditentukan guru. Tidak seperti biasa dimana siswa bebas memilih siapapun yang menjadi kelompoknya. Dan kali ini Mila hanya bisa gigit jari karena tak bisa sekelompok dengan pacarnya.

[Bulan Motivasi RTC] Kejutan Tuhan untuk Kirana

Gambar
Tim-Moon Emas Esok adalah hari ulang tahunku. Kamu tahu, aku tak pernah memimpikan pesta mewah, cukup sederhana saja, asal hari indah itu aku lewati bersama kamu, Keenan, kekasih yang telah setia menemani selama empat tahun. Hatiku semakin bahagia ketika ingat bahwa hari pernikahan kita sudah di depan mata, ya semenjak kau sematkan cincin ini di jari manisku. Semenjak kau ucapkan kata "Kirana, maukah jadi pendamping hidupku?"

Pada Akhirnya

Gambar
Kala itu, langit telah menghapus tangisannya Ilalang datang menjemput, membawa pesan Mau dibawa ke mana serpihan luka ini? Dilempar ke laut agar tak pernah kembali? Dibakar habis menjadi abu? Atau tetap akan disimpan rapat-rapat dalam hati? Menunggu busuk dan bau menyengat datang?

Merangkai Kata dalam Bingkai (Fiksi Mini) #6

Gambar
[1]  REUNI Suasana menjadi semakin canggung, ketika Apatosaurus bertemu dengan mantannya, Edmontosaurus. [2] PINTU SURGA Kutemukan di kedalaman hati Ibu. [3] NIRWANA Kutemukan di kedua telapak kaki Ibu.

Kupu-kupu Malam

Gambar
Cerpen Kolaborasi Oleh: Imas Siti Liawati dan Putri Apriani "Bu, apa di sini ada surga?" tanya anakku, menggenggam kedua kakiku. Anakku semakin besar. Usianya kini menginjak angka lima. Pertanyaan demi pertanyaan ia lontarkan begitu saja, beberapa bisa kujawab, beberapa lagi tidak. Ada satu pertanyaan yang menjadi favoritnya, hampir setiap hari ia lemparkan pertanyaan itu padaku. Aku hanya dilempar pertanyaan, tapi rasanya mungkin hampir sama ketika aku dilempar dinamit berkekuatan tinggi.

Merangkai Kata dalam Bingkai (Fiksi Mini) #5

Gambar
[1] SETIAP TANGGAL 15 Aku menanti Rangga datang menepati janjinya. [2] NAIK DAUN Seekor ulat tengah menyanyikan lagu hits di tengah ribuan penonton. [3] PISAH RANJANG Semenjak 4 tahun lalu Ayah tidur sendiri, karena Ibu memilih tidur selamanya.