Pasar Malam


Dua hari yang lalu ada pasar malam di seberang jalan sana, jaraknya hanya sekitar 100 meter dari rumahku. Aku suka pasar malam, aku ingin main komedi putar, kincir angin mini, melihat kerlap kerlip lampu, menikmati manisnya gulali, dan banyak lagi. Kata ibuku, pasar malam yang satu ini agak berbeda dibandingkan dengan pasar malam lainnya. Pasar malam dekat rumahku hanya menjual dua macam hewan, kupu-kupu dan tikus. Dan ibu tak memperbolehkan aku ke sana.


Pasar malam yang aneh, batinku sambil mengrenyitkan dahi. Aku tak berhenti di situ, keingintahuanku sangatlah besar, aku kembali mendekati ibu lalu bertanya, "Bu, kenapa saya nggak boleh ke sana? Saya suka liat kupu-kupu sama tikus juga kok."


"Diam, nggak usah banyak ngomong, pokoknya kamu jangan ke sana." Tegas ibu dengan wajah agak marah.


Keesokan harinya, diam-diam aku pergi ke pasar malam, aku keluar melalui jendela, semoga saja ibu tak mendengarnya.


Pasar malam yang aku lihat memang berbeda dengan pasar malam biasanya, di sini tak ada lampu kerlap-kerlip melainkan hanya cahaya seadanya, remang-remang. Tak ada kupu-kupu atau tikus seperti yang ibu bilang, yang ada hanya pria berdasi dan wanita berpakaian seksi, mereka tampak mondar-mandir keluar-masuk sebuah ruangan.


"Ariel, kenapa kamu ada di sini?" Tepukan tangan seseorang mengejutkanku.


"Ibu?" Ya ternyata ibu tengah berdiri di belakangku, ibu tak sendiri, ada lelaki berdasi berperut buncit yang tengah memeluk ibu, sepertinya orang itu tengah mabuk.


"Kan Ibu bilang, kamu jangan pergi ke tempat ini." Wajah ibu tampak marah sekali denganku. "Pulang sana, jangan pernah kembali lagi ke tempat ini!"


Aku pulang dengan wajah muram. Aku tak mengerti dengan jalan pikiran ibuku. Apa salahnya bila bocah seusiaku ingin melihat pasar malam? Oh iya, ibu juga berbohong padaku, kata ibu, pasar malam ini berisi kupu-kupu dan tikus. Nyatanya aku melihat ibu dan perempuan lainnya dengan pakaian terbuka dan dandanan menor, juga banyak lelaki berdasi dengan perut buncit dan lembaran uang berwarna merah di tangannya. Pasar malam macam apa ini? 


Sudahlah, aku lelah, aku hanya ingin pulang, tidur dan bermimpi malam ini, kemudian menceritakan kejadian tadi pada guruku, mungkin beliau mampu menuntaskan keingintahuanku tentang pasar malam itu.



***
@poetri_apriani
Sumber Ilustrasi : Pasar Malam

Cerita ini merupakan pengembangan dari fiksimini milik saya sendiri

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nostalgia pada Sebungkus Es Mambo

Kumpulan Fiksi Kilat (6 Kata)