Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2016

Kaki yang Diam, Kaki yang Melangkah dan Roda yang Berputar

Gambar
luruh langit pedih kemudian menangis air menggenang meratapi nasibnya namun sesungguhnya: tiada yang sia-sia ada kaki yang diam sejenak. menanti langit bersedia hentikan tangis. menanti Tuhan mengabulkan segala harapnya. menanti malaikat meng-aamiin-kan doa-doa di kala hujan.

Balada Rasti dan Adin

Gambar
“Pryang!!!” Sebuah suara keras terdengar jelas dari dalam rumah. Sepertinya suara piring yang dilempar kemudian pecah berkeping-keping. Ada suara lainnya juga yang Rasti dengar, yaitu tangisan ibunya. Ibunya yang menangis sambil menggendong adik kecilnya yang masih balita. Ibunya yang menangis karena bertengkar dengan ayahnya. Rasti menutup telinganya dengan kedua tangan. Hampir setiap hari kejadian serupa terjadi, baik siang maupun malam. Sama halnya dengan Rasti, para tetangga pun ikut tutup telinga atas pertengkaran kedua orang tuanya. Anak perempuan yang usianya sudah pantas masuk sekolah dasar itu hanya bisa terdiam atau menangis melihat tingkah kedua orang tuanya. Bahkan, tanpa rasa iba, ayahnya kerap kali memukuli Rasti juga adik-adiknya.

Ada Anak Bertanya pada Ibunya

Gambar
Udin mengusap-usap perutnya yang keroncongan, sudah sejak tadi ia menahan rasa lapar yang mendera. Langkah kakinya yang gontai seakan mengajaknya ke sebuah kedai Pizza yang terletak sekitar lima puluh meter saja dari posisinya saat ini. “Bu, Udin laper.” Ibunya mengangguk, lalu dengan sabar mengatakan, “sabar ya Nak, sebentar lagi kan kita sampe di rumah.” Udin mengiyakan kata-kata ibunya, namun kakinya tak mau berhenti, menuju kedai pizza tersebut. “Bu, itu makanan apa?” tanya Udin mendekati jendela, di mana para pengunjung tengah asyik menyantap slice demi slice pizza yang terletak di atas meja mereka.