Ada Anak Bertanya pada Ibunya


Udin mengusap-usap perutnya yang keroncongan, sudah sejak tadi ia menahan rasa lapar yang mendera. Langkah kakinya yang gontai seakan mengajaknya ke sebuah kedai Pizza yang terletak sekitar lima puluh meter saja dari posisinya saat ini.

“Bu, Udin laper.”

Ibunya mengangguk, lalu dengan sabar mengatakan, “sabar ya Nak, sebentar lagi kan kita sampe di rumah.”

Udin mengiyakan kata-kata ibunya, namun kakinya tak mau berhenti, menuju kedai pizza tersebut. “Bu, itu makanan apa?” tanya Udin mendekati jendela, di mana para pengunjung tengah asyik menyantap slice demi slice pizza yang terletak di atas meja mereka.


“Itu namanya pizza, kamu pasti nggak doyan, Nak.”

“Kok nggak doyan? Emang pizza rasanya nggak enak, Bu? Ibu pernah makan pizza?”

Ibunya menggeleng.

“Udin mau pizza, Bu.”

“Harganya mahal, Nak. Uang Ibu belum cukup buat beli makanan itu.”

Udin tertunduk lemah. Rasa lapar bercampur kecewa membuat tenaganya habis. Lunglai, namun ia tetap meneruskan perjalanannya.

“Udin, tunggu!” ucap ibunya sambil berlari kecil, setelah menyadari anaknya sudah beberapa langkah meninggalkannya.

Udin membalikkan badannya. Sepertinya masih ada tenaga untuk sedikit bicara. “Kenapa, Bu?”

“Ibu punya ide, gimana kalo kita bikin pizza sendiri aja?”

“Emang Ibu bisa bikin pizza?” tanya Udin seakan tak percaya bahwa ibunya mampu mewujudkan keinginannya itu.

“Bisa, abis ini kita ke warung dulu ya, kita beli bahan-bahannya.”

“Iya, Bu,” Udin mengangguk semangat, kemudian menggenggam tangan ibunya menuju warung.
**

“Gimana rasanya? Enak nggak?” tanya Ibu pada Udin, dengan hati berdebar.

Mulut Udin penuh dengan makanan yang baru saja disajikan ibunya. “Enak, enak banget! Ternyata kayak gini ya Bu rasanya pizza.”

Ibu mengangguk. Dari mulutnya mengucap rasa syukur sekaligus istighfar. Alhamdulillah karena Udin suka dengan makanan buatannya. Istighfar karena sebenarnya ia baru saja berbohong pada anaknya. Ya, ia berbohong pada Udin. Karena makanan yang ia buat hanylah adonan telur yang dicampur dengan tepung terigu, irisan cabe merah, bawang merah dan daun bawang, yang kemudian digoreng, dan dipotong menyerupai potongan pizza.

“Bu, besok bikin pizza lagi ya?”

Maafkan Ibu, Nak. Ibu hanya ingin membuatmu bahagia. Batin Ibu seraya melihat anaknya yang lahap saat menyantap pizza buatannya.



ilustrasi adalah milik penulis


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nostalgia pada Sebungkus Es Mambo

Kumpulan Fiksi Kilat (6 Kata)