Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2016

Saat Kau Merindukannya

Gambar
Kau terbangun dari tidurmu, menatap sayu langit-langit yang tampak memutar, tubuhmu terbaring lemah di atas kasur, sekujur tubuh masih terasa sakit, entah mengapa, kau masih belum sadar sepenuhnya. Air mata, tetiba ada air yang membasahi pipimu, makin lama makin menjadi.. Oh, kau mengingatnya, sosok wanita yang tak pernah lelah mengingatkanmu dalam segala hal.

Biar Kubunuh Rindu itu Sayang!

Gambar
Kau tahu kan, bahwa aku sangat membenci rindu? Bahkan aku semakin benci bila rindu sudah merasuki  Relung  jiwa Aku benci merindumu,  Ay Ketika  Jingga  mulai menjemput Mega  berbaris rapi menantikan pulang Kita terbiasa bercengkerama dengan  Serenade Menikmati tiap bait lagu yang kau nyanyikan untukku Lagu terindah kita : nyanyian senja

Kala Senja Kita

Gambar
kala senja kita ombak beradu rupa dengan sang pemecahnya tiada ragu diri terberai tiada menyerah menggulung lagi melebihi kekuatan yang tadi

Dua Bocah yang Bertarung dengan Matahari

Gambar
Dua anak lelaki tampak berjalan tertatih dengan wajah murung. Ayah mereka baru saja meminta kedua anaknya itu untuk segera datang ke arah lampu merah sekitar 500 meter dari rumahnya – melakukan aktivitas seperti biasa – mengamen atau mengemis atau apa saja yang bisa menghasilkan uang. Untuk setelahnya uang-uang tersebut digunakan sang Ayah untuk menarik hati wanita-wanita muda, tentunya wanita yang tergiur dengan harta duniawi. Miris memang. Kenyataan hidup yang begitu pahit harus mereka telan sehari-harinya.

"Nak, Ini Sepatu Baru Untukmu.."

Gambar
Pagi itu Cecep tak mau sekolah. Wajahnya kusut seperti rambut Emaknya yang tak pernah disisir, seperti pikiran Emaknya yang carut-marut, hutang sana-sini belum terbayar, uang hasil berjualan di pasar dan gaji sebagai buruh cuci tak mampu mencukupi kebutuhannya juga anak semata wayangnya. Dalam atap yang sering bocor itu, mereka tinggal berdua.