"Nak, Ini Sepatu Baru Untukmu.."



Pagi itu Cecep tak mau sekolah. Wajahnya kusut seperti rambut Emaknya yang tak pernah disisir, seperti pikiran Emaknya yang carut-marut, hutang sana-sini belum terbayar, uang hasil berjualan di pasar dan gaji sebagai buruh cuci tak mampu mencukupi kebutuhannya juga anak semata wayangnya. Dalam atap yang sering bocor itu, mereka tinggal berdua.   
“Pokoknya Cecep mau sepatu baru, Mak!” Cecep berteriak, membentak Emaknya yang sedari tadi mengucurkan air mata.   

Namun, anak lelaki berusia sebelas tahun itu seperti tak mau tahu.   

Berhari-hari Cecep mogok sekolah. Ia baru mau sekolah bila telah mengenakan sepatu baru. Emak tak bisa tidur semalaman. Ia membolak-balikkan badannya, berharap menemukan cara agar Cecep tak lagi mogok sekolah, tapi ia sadar, satu-satunya cara adalah membelikan sepatu baru untuk Cecep.   

Pagi itu, seperti biasa Emak Cecep berjualan kue di pasar, sepulang dari sana, ia langsung menuju rumah majikannya – menjadi buruh cuci – sekaligus berniat meminjam uang untuk membeli sepatu.   
** 
“Cecep, Emak pulang bawa sepatu, Nak…”   

Emak pulang dengan wajah sumringah, membawa sebuah kotak yang berisi sepasang sepatu untuk Cecep. Setiap sudut rumah ditelusuri, tapi tak juga Emak temukan Cecep. Hingga akhirnya Emak menuju ke halaman belakang, dan menemukan Cecep tergantung di pohon jambu.   

“Nak, ini sepatu baru untukmu……” Ucap Emak, histeris.   

Ilustrasi : Sepatu



Komentar

  1. Iya mbak Put, kasihan sekali ibunya. Tayangan TV emang kurang mendidik. Anak2 jadi gelap mata.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya saking kebablasannya ya Bu, mestinya anak itu diajarkan juga hidup sederhana, jadi kalo minta sesuatu nggak ngoyo, hiikkss :(

      Hapus
  2. waduh sedih bgt bacanya.
    btw mampir ke www.safetyshoes.co.id :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nostalgia pada Sebungkus Es Mambo

Kumpulan Fiksi Kilat (6 Kata)