Saat Kau Merindukannya


Kau terbangun dari tidurmu, menatap sayu langit-langit yang tampak memutar, tubuhmu terbaring lemah di atas kasur, sekujur tubuh masih terasa sakit, entah mengapa, kau masih belum sadar sepenuhnya.

Air mata, tetiba ada air yang membasahi pipimu, makin lama makin menjadi.. Oh, kau mengingatnya, sosok wanita yang tak pernah lelah mengingatkanmu dalam segala hal.

Dulu, di saat seperti ini saat kau terkulai lemah, hanya ibu lah yang tak pernah lelah merawatmu, mengetuk pintu kamarmu, kemudian masuk dan menanyakan "mau dibikinin teh anget nggak, Ndhuk?"

Setelahnya segelas teh manis hangat dan semangkuk mie instant telah berada di meja kamarmu. Itulah kau, bila sedang sakit, kau hanya ingin segelas teh manis hangat dan semangkuk mie instant rebus, ibu paling tahu akan hal itu.

Kadang kau begitu manja bak anak kecil yang selalu ingin disuapi, namun terkadang kau hanya ingin diam, sementara ibu meninggalkanmu dengan beberapa air mata di wajahnya.

Saat kau terkulai lemah, matamu basah, kau hanya ingin memeluk ibu, kau rindu ibu, yang selalu memastikan bahwa keadaanku baik-baik saja, begitu katamu.

Pintu kamar terketuk, seorang wanita masuk ke dalam kamarmu. Itu Ibu! Ah, bukan! Dia bukan Ibu! Tapi kau hanya ingin memeluknya!

Kau memeluknya erat, sungguh erat, tangismu menjadi-jadi, mulutmu hanya mampu berkata "Mbak, aku kangen Ibu, aku kangen dipeluk Ibu." Tangannya mengusap-usap punggungmu dengan lembut, bibirnya tak mampu mengucapkan satu patah kata pun. Setelah beberapa lama tangismu mulai mereda.

Adakah yang lebih culas?
Selain rindu yang melewati batas?
Mencabik luka
Tanpa mampu sajikan penawarnya

Harusnya rindu ucapkan permisi
Mengetuk pintu terlebih dahulu
Atau datanglah pada mimpi
Agar aku tak tersesat pada candu


Belajar menggunakan sudut pandang orang kedua ^^
Ilustrasi Gambar : dokumentasi pribadi

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nostalgia pada Sebungkus Es Mambo

Kumpulan Fiksi Kilat (6 Kata)