[Fiksi Horor dan Misteri] Aku Telah Mati?


Matahari tepat berada di atas kepala ketika keadaan kian mencekam. Banyak tangan-tangan yang sibuk dengan pekerjaan barunya, mulai dari melempar botol, melempar kayu, membakar apa saja yang mereka lihat, menjarah toko-toko, menodongkan pisau bahkan tak segan-segan menghunuskannya pada tubuh-tubuh tak bersalah. Di antaranya mungkin ada perut kosong yang belum makan sejak dua hari yang lalu. Panas, hawa semakin panas ketika api dengan cepat menyebar ke mana-mana. Tak ada yang tahu persis bagaimana awal kejadian dari semua ini. Semua begitu cepat terjadi.

Aku telah berlari sejauh tiga ratus meter ketika mendapati sebuah rumah kosong yang menurutku aman untuk dijadikan sebagai tempat persembunyian sementara, entah sampai kapan. Aku berharap kejadian ini segera berakhir, atau paling tidak aku bisa bernapas sebentar sebelum aku pergi lagi ke tempat yang lebih aman. Oh, aku rindu pulang! Saat-saat seperti ini memang hanya rumah yang aku rindukan.

Aku tengah mengendap-endapkan tubuhku ketika suara teriakan beberapa orang dengan perawakan besar datang memecah keheningan. Tubuh-tubuh besar dengan benda tajam di masing-masing tangan mereka. Celurit, pisau, parang. Aku bisa mati kapan pun. Ah, sial, aku terjebak! 

Aku mempercepat langkahku. Lari! Hanya itu yang bisa aku lakukan saat ini. Mereka tak tinggal diam, mengejarku hingga dapat, menangkapku bagai hewan buruan yang siap disantap kapan saja. 

"Tangkap dia, jangan sampai lolos!" ujar salah seorang bertubuh sintal. Kelihatannya ia punya posisi penting dalam kelompok tersebut. Tubuhnya yang memiliki berat berlebih membuatnya tak bisa lari cepat seperti kawan-kawannya yang lain, tinggal perintah, semua akan menurut.

Dor! Sebuah suara tembakan terdengar menuju arahku, aku terus berlari, sekuat tenaga, hingga satu pun dari mereka tak terlihat lagi.

Aku bebas? Aku menghentikan langkahku, mengatur napas, melihat sekeliling tubuhku. Dan semua baik-baik saja. Aku masih hidup! 

**
Aku membuka mataku yang tertutup rapat, pelan sekali. Kepalaku pusing namun badanku terasa ringan. Aku melihat sekelilingku, tampak beberapa orang berkerumun menyaksikkan sesuatu.  

"Nggak pengen liat juga?" tanya seorang laki-laki – selanjutnya aku menyebutnya lelaki botol – berwajah pucat dengan cucuran darah di kepala dan sebuah botol yang menancap di perutnya.

Aku menggeleng, dan memastikan apa yang aku lihat barusan adalah benar, bukan mimpi apalagi sebuah khayalan semata.

Aku terdiam beberapa saat. Pemandangan di sekitarku, membuat rasa penasaranku tumpah juga. Aku bertanya kepada orang-orang yang berada di sekitarku, mereka diam saja, acuh, tak menjawab pertanyaanku.

"Percuma, mereka nggak akan dengar," ucap lelaki botol yang tiba-tiba muncul di hadapanku.

"Maksudmu?"

"Dunia kita kan udah beda."

"Kamu ngomong apa sih?"

Ia menggelengkan kepalanya, lalu tertawa. Seolah menertawakan pertanyaanku yang terkesan konyol.

"Di sana ada apa? Kok rame-rame gitu?" tanyaku dengan raut penasaran.

"Oh, itu?" tangannya menunjuk beberapa orang yang tengah berkerumun. "Korban meninggal lagi, korban kerusuhan seperti kita."

"Kita?"

"Iya. Nih baca.” ia menyodorkan sebuah surat kabar, dan menunjuk sebuah foto yang terpampang pada headline surat kabar tersebut.

Seorang pria ditemukan tewas dengan beberapa luka tembak di tubuhnya. Korban diperkirakan berusia 20 tahun. Menurut saksi, korban yang baru saja pulang kuliah itu langsung dikejar oleh segerombolan orang bersenjata tajam. Hingga saat ini korban kerusuhan yang meninggal bertambah jumlahnya menjadi 10 orang.

Betapa terkejutnya aku ketika melihat foto tubuhku yang terkapar bersimbah darah berada pada headline surat kabar tersebut. Hah? Itu aku? Aku telah mati?


@poetri_apriani
Sumber ilustrasi: dokpri
Pertama kali dipublikasikan di Kompasiana


terinspirasi dari sini [dokpri]

Komentar

  1. ...cerpen yang terinspirasi dari sebuah peristiwa nyata, endingnya oke, Mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hhahaaa makasih Mas Ryan, beneran mampir juga ke sini :D

      Saya sendiri sebenernya nggak tau sih, cerita ini terinspirasi dari kerusuhan yang mana :D

      Hapus
  2. Seyeeem.... tapi asyik juga bacanya. Good post, Put. :-)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nostalgia pada Sebungkus Es Mambo

Kumpulan Fiksi Kilat (6 Kata)