Secangkir Rindu untuk Randu


Lana
“Aku serius….” kata-kata yang diucapkan Randu beberapa jam yang lalu masih beterbangan dalam pikiranku. Lelaki yang telah aku kenal sejak sepuluh tahun yang lalu itu memang tak pernah gagal membuat hatiku luluh.

Randu
Semoga Lana memercayai kata-kataku. “Serius.” Ya aku bilang serius padanya. Hah! Siapa yang tak kenal Randu? Lelaki penakluk wanita. Bahkan hingga kini pun, istriku tak pernah tahu bahwa aku menyimpan banyak cinta di luar sana.

Edies
Entah apa yang membuatku sebegini kuat. Tegar untuk tetap mempertahankan cintaku pada Randu, lelaki yang telah menjadi suamiku selama lima tahun ini. Tak hanya sekali aku mengetahui dirinya berselingkuh dengan wanita lain. Aku bisa apa? Selain menyimpannya rapat-rapat sendirian. Randu dikenal sebagai sosok yang pendiam dan penurut, orang tuanya mana mungkin percaya bahwa anaknya tersebut merupakan ‘peselingkuh ulung’.

Lana
Aku mengiyakan keseriusan Randu, walaupun aku tahu cinta ini terlarang. Tapi, jujur saja, aku belum bisa merelakan begitu saja perasaan yang sudah tumbuh dengan kuat. Apapun demi Randu, aku rela.

Randu
Akhirnya Lana menerima keseriusanku. Persetan dengan kesetiaan istriku. Diizinkan atau tidak, aku akan tetap menikahi Lana, kami bisa tinggal di luar kota, entahlah sampai kapan.

Edies
Aku mendapatkan kabar, bahwa Randu akan menikahi kekasihnya, Lana. Rezki memang bisa dipercaya untuk hal ini. Dia sahabat sekaligus seorang informan yang andal. Ini bukan hal yang baru bagiku, disakiti berulang kali oleh lelaki yang sama, lelaki yang merupakan ayah dari anak tunggalku. Rindu, aku rindu masa-masa dulu, ketik Randu mengatakan bahwa akulah satu-satunya wanita yang sangat ia cintai.

Lana
Akhirnya kini, Randu jadi milikku sepenuhnya. Ia membawaku ke sebuah tempat yang romantis untuk berbulan madu, tempat yang tak satupun orang tahu, kecuali Rezki, orang kepercayaan Randu.

***

Randu
Ah, ternyata semua perempuan sama saja, membosankan! Lana, perempuan cerewet itu mestinya sudah aku ceraikan sejak seminggu pernikahan kami. Sehari saja tanpa omelan sepertinya akan membuat dia gila, sungguh berbeda dengan Edies, ia tak pernah sedikitpun memperlakukanku seperti itu. Ah, mengapa tiba-tiba aku ingat Edies?

Edies
Semalam Randu pulang setelah tiga bulan pergi menghilang begitu saja. Aku tak habis-habisnya memeluk tubuhnya, mungkin karena rasa rindu yang teramat dalam. Pagi ini kami memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama, berbincang dari hati ke hati sambil menikmati secangkir teh hangat.

Randu
Ternyata selama ini aku salah. Nyatanya Edies tak pernah membenciku sedikitpun, semoga saja dia tak pernah tahu apa yang aku lakukan di luar sana. Aku yakin Rezki tak akan membocorkan rahasiaku kepada Edies, ia orang kepercayaanku, kami telah bersahabat selama belasan tahun. Suasana seperti ini, aku merindukan suasana seperti ini sejak lama, ternyata hanya Edies yang mampu menciptakannya.

Edies
Randu menikmati teguk demi teguk secangkir teh hangat yang aku buatkan secara khusus untuknya. Secangkir teh dengan ramuan rindu ditambah dua sendok kenangan yang telah aku cairkan.

Randu
Aku memeluk istriku, air mataku luruh seketika. Aku keliru, Edies begitu baik padaku, dia memang istri yang sempurna.

Edies
Randu memelukku erat, ia menangis dalam pelukanku. Beberapa menit setelahnya, kedua tangannya memegangi lehernya kuat-kuat sambil meneriakan namaku berkali-kali, mungkin ia berharap aku akan segera menolongnya dengan penuh iba. Dari mulutnya, busa tampak berjejal keluar, semakin lama semakin banyak. Aku memang merindukanmu, Randu. Aku rindu melihatmu ke neraka!


Sumber Ilustrasi: dokpri

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nostalgia pada Sebungkus Es Mambo

Kumpulan Fiksi Kilat (6 Kata)