Lupa Bawa Nyali


Aku memegang jantungku yang sedari tadi tak tenang. Tingkahnya tak karuan, bergeser ke sana dan ke sini, belum lagi lututku yang hampir copot, sepertinya tak kuat menopang tubuhku yang gemetar sejak puluhan menit yang lalu.

“Kehujanan di mana, Kak?” adikku yang sedang duduk di ruang tamu bertanya ketika melihat tubuhku basah kuyup.

“Di khayangan,” jawabku asal.
Ia tertawa keras. Sementara aku belum mampu menguasai diriku sendiri. Ya, aku tahu, sangat tahu, bahwa dua puluh menit lagi aku akan berkencan, kencan pertamaku dengan Dona. Gadis yang aku idam-idamkan sejak dulu.

Apa istimewanya dari seorang Dona? Tidak, mungkin dia tidak secantik yang kalian pikirkan, tapi bagiku dia lebih dari sempurna. Rambutnya yang panjang dan keriting, kulitnya yang eksotis, wajahnya yang tak membosankan, dan senyumnya yang membuat darahku seakan luruh. Entahlah, mungkin dia adalah satu-satunya wanita yang pernah memikat hatiku.

Tepat pukul tujuh malam. Aku telah duduk di meja yang yang terletak tak jauh dari pintu masuk. Sengaja aku memilih meja ini, agar Dona lebih mudah menemukanku. Di meja ini hanya terdapat dua kursi yang berhadapan, sebuah lilin dan setangkai bunga lily kesukaan Dona.

Kedua tanganku gemetar hebat. Bukan, ini bukan penyakit Parkinson yang terjadi akibat degenerasi sel saraf secara bertahap pada otak bagian tengah yang berfungsi mengatur pergerakan tubuh, sehingga menyebabkan tremor atau gemetaran.

Itu dia!. Batinku ketika melihat Dona tengah berjalan memasuki kafe.

Tiap kali ku melihatmu
sesak napas dan kehilangan arah
Tolong tolong tolong bantulah aku
berdiri tegak dengan dua kakiku

Hey Little baby, kau membuat napas ini
lepas dan tak terkendali, tak bernyali
Tolong kembali, kembalikan napas ini
berilah sedikit lagi, harga diri

“Hai, Ri, udah lama ya nunggunya?” Dona menyapaku.

Aku sesak napas. Lidahku kaku, mulutku seakan terkunci. Tubuhku tak mampu bergerak, hanya saja mata dan telingaku yang masih berfungsi. Kulihat tanganmu melambai tepat di wajahku.

“Rizal, kamu kenapa?”

Aku tak kuat. Aku berlari kencang meninggalkannya sambil berteriak, “aku lupa bawa nyali.”


Sumber Ilustrasi: First Date
Terinspirasi dari lagu: The Finest Tree – Lupa Bawa Nyali

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nostalgia pada Sebungkus Es Mambo

Kumpulan Fiksi Kilat (6 Kata)