Ali
“Oh,
udah SD? Kok badannya kecil sih?”
“Oh,
saya kira anak Ibu masih usia empat tahun.”
“Ali,
pendeeeekkkk, Ali pendeeeeekkkk.”
“Makanya
minum susu dong biar cepet tinggi.”
“Ih,
udah SD kok masih ngompol sih?”
Begitu lagi, lagi dan lagi.
Gerutu Lastri. Ali, anak keduanya sebenarnya sudah berusia tujuh tahun, sudah
hampir naik ke kelas dua sekolah dasar. Tubuh Ali yang mungil, dan hobinya yang
masih mengompol membuat banyak orang menganggap Ali belum pantas masuk ke taman
kanak-kanak.
“Ma,
kenapa sih Ali pendek?” pertanyaan Ali masih sama, dari hari ke hari. Lastri
dibuat kewalahan. Bingung harus menjawab apa lagi. Hampir setiap hari ada saja
orang yang membully anaknya itu.
“Kan
udah Mama bilang, apapun yang ada di diri Ali, itu adalah ciptaan Tuhan, harus
disyukuri, karena masih banyak yang kurang beruntung dibanding Ali, paham ya
Nak?”
Ali
menganggukan kepalanya, menyunggingkan sedikit senyumnya sambil menatap wajah
mamanya yang terlihat agak pucat.
Dibandingkan
dengan Nay, Ali memang sungguh berbeda. Postur tubuh kakak perempuan Ali itu memang
terlihat lebih ‘sesuai’ untuk anak seumurannya, tinggi, cantik, juga pintar, di
kelasnya Nay selalu mendapat peringkat tiga besar. Hanya saja Nay lebih sulit bila
dinasihati, maklum usianya tengah menginjak masa ABG.
Belum
lagi kebiasaan Ali yang masih mengompol. Setiap bulannya Lastri harus merogoh
kocek lebih untuk stok popok anak yang digunakan Ali setiap malamnya. Ya ampun kapan Ali berhenti ngompol ya?
batin Lastri.
“Ma,
capek ya? Sini Ali pijit kakinya,” ucap Ali pada Mamanya yang sedang
beristirahat setelah lelah mengerjakan segala pekerjaan rumah. Sementara Nay
justru asyik sendiri dengan gadgetnya.
“Makasih
ya Ali sayang. Kamu baik banget sih sama Mama.”
Tangannya
yang mungil itu memijit kaki mamanya dengan sabar. “Masih pegel nggak, Ma?”
Lastri
menggeleng. “Udah, Li. Mama udah nggak pegel lagi kok, makasih ya udah pijitin
Mama.”
Ah, Ali, kamu memang
paling bisa membuat Mama terharu. Mama bangga sama kamu, Nak. Postur tubuhmu memang
tak seperti anak seusiamu. Kebiasaan ngompolmu memang belum bisa dihentikan. Tapi
nyatanya perasaanmu lebih peka dibanding kakakmu, Nay. Ali, apapun yang orang katakan
tentangmu, kamu tetap anak yang istimewa. Ucap Lastri dalam
hatinya.
Tuhan
memang selalu bertindak adil. Tak pernah memberikan kekurangan tanpa memberikan
kelebihan. Namun terkadang kita terlalu sibuk pada kekurangan yang dimiliki,
tanpa mau menggali kelebihan yang telah Tuhan berikan.
Sumber Ilustrasi : s-media-cache-ak0.pinimg.com
Seperti biasaaa : super kereeennn 👍👍👍
BalasHapusPaaaaakkkkeeeee baaaaangngngngetttttt
HapusMakasiihhh semuanyaaaaaaa :) :)
Hapus