Kapan Putus?


“Kenapa? Berantem lagi? Putus lagi?” Reno bertanya pada gadis yang tiba-tiba saja duduk dan menangis di hadapannya. Yang ditanya hanya mengangguk kemudian meneruskan tangisannya lagi, bahkan lebih keras dari sebelumnya. “Udah jangan nangis, kan udah gue bilang Dery nggak cocok sama lo.” Ucap Reno sambil mengusap bahu Irna.

“Tapi gue terlanjur cinta sama Dery.”

“Cinta tapi nyakitin! Nggak bosen kayak gitu terus?!!” Sejurus kemudian Reno melangkah menuju kelas. Kelas yang letaknya persis di samping kelas Irna dan Dery.

“Reno jangan tinggalin gue dong, gue masih pengen curhaaaaattt..!”


Reno dan Irna, mereka sudah berteman akrab sejak kecil. Lokasi rumah dan juga sekolah yang selalu berdekatan membuat mereka tak pernah terpisahkan, ke mana-mana selalu berdua, seperti kakak adik, atau lebih seperti sepasang kekasih? Ah, tapi semua itu berubah, semenjak Irna jadian dengan Dery, ketua tim basket yang terkenal dengan ketampanan dan kepintarannya, tapi juga over protective. Padahal bila dilihat, Reno juga tak kalah tampan, dia ketua osis dan sering menjuarai lomba pidato dalam beberapa bahasa.

“Reno, gue bener-bener diputusin sama Dery……”

“Bagus deh.” Celetuk Reno dengan mimik wajah datar.

“Kok lo gitu sih? Maksudnya apa? Temen abis diputusin malah bilang bagus?”

“Mau tau alasannya? Karena selama ini gue nunggu lo putus.”

Hening.

**

Minggu ketiga, FF 200 terinspirasi dari lagu

Pertama kali dipublikasikan di Kompasiana


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nostalgia pada Sebungkus Es Mambo

Kumpulan Fiksi Kilat (6 Kata)