Kamu Cuma Mantan




"Kita putus."

Waktu itu kita tengah duduk berdua di sebuah kafe. Malam yang cerah, langit pun tak menumpahkan air walau hanya setetes, tapi kata-katamu bagai petir yang menyambar.

"Apa? Salah aku apa, Sherly?"

"Kamu nggak salah apa-apa. Cukup lupain aku aja."



Kemudian kamu bangun dari dudukmu, mengambil tas maroon faforitmu, menggeser bangku, lalu pergi meninggalkanku. Tak ada kecup perpisahan, atau ah, apapun itu. Hanya bibir merahmu yang tertinggal di gelas yang berada di hadapanku.

Dia bilang
Kau harus bisa seperti aku
Yang sudah biarlah sudah

Aku menata hati, mengambil serpihan hati yang sempat tercecer, mengumpulkannya, lalu aku rekatkan kembali. Aku juga tengah berusaha membuang kenangan tentangmu, tentang kita, walau tak mampu sepenuhnya.

Selang waktu berjalan kau kembali datang
Tanyakan keadaanku

Kamu lagi. Ternyata aku bertemu denganmu lagi setelah seminggu yang lalu kau pergi begitu saja dariku. Kau tampak lebih bahagia sekarang, tentunya bukan denganku tapi dengan lelaki yang berdiri di sampingmu, yang tangannya menggenggam erat tanganmu.

“Hai, apa kabar?” Tanyamu dengan senyummu yang manis. Ah, tapi bagiku sekarang, senyummu adalah racun.

Kau tak berhak tanyakan hidupku
Membuatku semakin terluka

“Bukan urusanmu.” Jawabku sambil berlalu dari hadapannya. Kemudian kembali melemparkan satu kalimat kepadanya. “Kamu cuma mantan!”

Kakiku terus berjalan, membelakangimu, melupakanmu.

**

Minggu ketiga, FF 200 terinspirasi dari lagu
Sheila On 7 – Mudah Saja


Pertama kali dipublikasikan di Kompasiana

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nostalgia pada Sebungkus Es Mambo

Kumpulan Fiksi Kilat (6 Kata)