Wanita Surga


Setiap hari bangun pagi buta
Saat semua mata masih terpejam
: terbuai mimpi yang janjikan cerita
Sementara kau siap menjemput dingin yang merajam

Pendidikanmu tak tinggi
Tak lulus dari Sekolah Dasar
Relakan sekolahmu jadi terhenti
Demi mengemban pekerjaan kasar


Ambil kayu
Nyalakan api
Siapkan tungku
Mulai memasak lagi

Ayam belum juga terjaga
Jelaga telah memenuhi dinding tua
Kusut wajahmu terkena kepulan asap hitam
Dalam hening, kau bergumul dengan kelam

Adik-adik tercinta
Terbangun dengan cita-cita di kepalanya
Sementara kau, pikrkan agar mereka tak melunglai layu
“Kalian harus makan, tak perlu pikirkan aku”

Perutmu keroncongan
Masakanmu telah habis, tak tersisa
Hanya mampu terdiam, meringis, rasa sakit ditahan
Lagi-lagi kau ucapkan “aku tak lapar, aku baik-baik saja”

**

Hingga usiamu mulai menjemput senja
Derita seakan masih saja memelukmu
Kali ini, penyakit bersarang di tubuhmu
Penyakit yang tak biasa

Penyakit ganas menggerogoti tubuhmu
Pucat pasi wajahmu
Tubuh bagai tinggal tulang
Bibirmu mengucapkan “ingin pulang”
: air mata berlinang

Hingga tiba waktunya
Kau hembuskan nafas terakhirmu
Hujan turun dari pelupuk mata
Pelangi seakan enggan tuk beradu
: kabut menyambut

Wanita surga
Hatimu sungguh mulia
Berkorban demi orang-orang tercinta
Meski kau merana dalam derita

Wanita surga
Aku panjatkan beribu doa
Untuk ibunda yang begitu aku cinta
Semoga di sisi-Nya, kau raih bahagia

**
Ilustrasi : Wanita Surga


28 Februari 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nostalgia pada Sebungkus Es Mambo

Kumpulan Fiksi Kilat (6 Kata)