Dor!


Kemarin aku ditembak gebetanku, cowok yang sudah lama aku taksir sejak duduk di bangku SMP, kalian mau tahu bagaimana rasanya?

Tak perlu dijelaskan lagi, bahkan sudah banyak yang tahu, bahwa aku telah lama menyimpan hati untuk Revo. Iya, Revo, lelaki manis yang tak banyak bicara, sulit beradaptasi dengan lingkungan sekitar, kaku dan entahlah cukup sulit aku jelaskan sikap absurd lain yang ia miliki. Banyak yang bertanya padaku, "mengapa kau bisa menyukai lelaki kaku itu?" Aku hanya mampu menjawab "entahlah" atau sekadar menggelengkan kepala atau juga mengangkat bahu, bahkan terkadang aku hanya diam saja, aku terlalu kenyang dengan segala pertanyaan macam itu.

Seiring berjalannya waktu, aku dan Revo mulai dekat, status kami berubah, setidaknya menurutku, dari pengagum rahasia kemudian menjadi seorang teman dekat, dan aku masih terus berharap, status kami merangkak naik lagi menjadi.. Kalian tahu kan apa yang aku inginkan? Ya, jadi kekasihnya!

Banyak yang tak aku ketahui dari Revo, walau kami kini merupakan sepasang sahabat, namun Revo masih sangat tertutup, khususnya dalam hal cinta. Aku menggarisbawahi kata itu. Kata yang sudah lama aku nantikan terucap dari mulutnya, untukku seorang tentunya.

Sabtu malam, Revo mengajakku makan di sebuah tempat yang ternyata sudah ia persiapkan jauh-jauh hari. Kalian tahu? Tempat ini sungguh romantis! Sebuah bukit yang di bawahnya bertebaran lampu-lampu yang indah, satu meja dan dua kursi berwarna putih, beberapa lilin yang berbaris mengelilingi kami, balon-balon dan taburan bunga mawar membentuk gambar hati, apa lagi yang kurang? Aku tak pernah menyangka Revo bisa seromantis ini!

Selanjutnya Revo bilang akan memberikan kejutan padaku. Ia meminta izin padaku untuk pergi sebentar – mengambil kejutan itu. Selang beberapa menit, ia kembali dengan menggandeng tangan wanita di sebelah kanan, dan sebuah pistol di sebelah kiri. Wajahku mendadak pucat, "adegan macam apa ini?" batinku.

"Maukah kamu menjadi kekasihku?" Ya, kata-kata itu keluar dari mulut Revo, kata-kata yang sudah aku nantikan sejak lama. Aku mati gaya! Tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Nyatanya 'tembakan' itu bukan tertuju ke hatiku, tapi tertuju pada gadis yang berada di sampingnya saat ini. Sementara aku? Aku hanya penonton! 

Dor! Lesatan peluru pertama menghampiri sebuah balon yang sejak tadi berdiam diri di sebuah tiang cantik berpita. Meletus. Tanda gadis itu menerima cinta Revo. 

Dor! Dor! Lesatan peluru kedua. Aku terjatuh bersimbah darah. Aku ditembak gebetanku, cowok yang sudah lama aku taksir sejak duduk di bangku SMP, sekarang kalian tahu kan bagaimana rasanya?

**

Cerita ini merupakan pengembangan dari fiksimini, milik saya sendiri.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nostalgia pada Sebungkus Es Mambo

Kumpulan Fiksi Kilat (6 Kata)