[Fabel] Keluarga Kucing dan Pesan Terakhir Sang Ayam



[Fabel] Keluarga Kucing dan Pesan Terakhir Sang Ayam

Di sebuah rumah, tinggal seorang anak perempuan bernama Anna dengan Neneknya. Mereka memelihara tiga kucing dan dua belas ayam. Setiap pagi sang Nenek dibantu Anna memberikan makanan kepada semua hewan peliharaannya itu. 

Sekumpulan kucing telah siap berbaris, menanti kedatangan makanan lezat yang telah disiapkan Anna dan Neneknya. Sementara ayam-ayam masih saja mondar-mandir dan berkokok tak jelas. 

“Dasar ayam-ayam tak jelas, bisanya hanya mondar-mandir saja.” Celetuk kucing berwarna putih.

“Suaranya juga jelek, memekakan telinga, sama sekali tak merdu seperti ayam di tetangga sebelah.” Kucing berwarna loreng menambahkan. 

“Mereka kerjanya makan saja, tak pernah membantu Anna dan Nenek, seperti kita.” Lanjut kucing berbulu Oranye. 

Para kucing iri melihat ayam-ayam yang mendapatkan fasilitas dan perlakuan lebih baik. Makanan mereka lebih banyak, badan mereka gemuk, tapi sedikitpun mereka tak membantu Anna serta Neneknya. Hanya bisa berkokok dan berlari ke sana dan ke sini. Hanya makan dan tidur, kata para kucing. 

Hari ke hari para ayam semakin tak karuan. Beberapa ekor diantaranya bahkan sempat ingin melarikan diri. “Ada apa sebenarnya dengan mereka?” Si loreng bertanya dalam hati. 

Malam telah tiba, para kucing siap melakukan pekerjaan mereka, menangkap tikus yang sibuk wara-wiri berusaha masuk ke rumah Anna. Si Loreng, si Putih dan si Oranye sedang bercakap-cakap ketika seekor ayam menghampiri mereka. Ayam itu tampak begitu murung, wajahnya tertunduk dan sedih. 

“Bolehkah aku bercerita kepada kalian?” Tanya ayam pada ketiga kucing. 

“Kenapa kau belum tidur? Masih kurang kenyang, hah?!” Ucap si Loreng dengan penuh emosi. 

“Dengarkan aku dulu, karena aku akan menyampaikan pesan untuk terakhir kalinya kepada kalian.” 

“Pesan? Untuk terakhir kalinya? Apa maksudmu?” Si Putih terlihat begitu penasaran mendengarnya. Sementara si Oranye memandang dengan iba dan siap mendengarkan si ayam bercerita. 

“Selama ini kalian tak pernah tahu kan? Bahwa kami, keluarga ayam begitu takut pada hari eksekusi.” 

“Hari eksekusi?” Ucap si Oranye. 

“Hari di mana kami akan menemui ajal kami. Setiap bulan, ayam yang Nenek pelihara akan dipotong kemudian dimasak untuk menu spesial Nenek dan Anna. Setiap harinya kami memang diberi makan yang lebih banyak porsinya dibanding kalian, pun tak diberi tugas atau pekerjaan seperti kalian, hanya makan dan tidur saja. Karena semua itu kami memiliki badan yang gemuk dan sehat, jadi ketika dipotong akan menghasilkan daging yang tebal. Setelah daging kami di masak, apakah kalian ikut memakannya?” 

Ketiga kucing mengangguk tak tega. 

“Sekarang kalian paham kan? Mengapa kami selalu diperlakukan istimewa? Padahal kami berpikir sebaliknya, kalianlah yang diperlakukan istimewa, dibiarkan untuk tetap hidup bersama Nenek dan Anna. Dibiarkan hidup bersama saudara-saudara kalian. Sementara kami? Kami harus melihat satu-persatu saudara kami mati.” Lanjut si ayam. 

Ketiga kucing hanya terdiam, tak mampu berucap satu patah katapun. Semenjak saat itu ketiga kucing selalu hidup rukun dengan keluarga ayam. Keluarga kucing tak pernah lagi mengejek keluarga ayam, mereka hidup dengan saling berbagi. 

Yang terlihat di luar memang selalu indah, padahal kita tak pernah tahu apa yang ada di dalamnya. Bahagiakah? Tersiksakah? Meranakah?



Ilustrasi Gambar : Dokumentasi Pribadi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nostalgia pada Sebungkus Es Mambo

Kumpulan Fiksi Kilat (6 Kata)