Pada Pemakaman Rasa
dan aku terus berjalan
sayangnya, kali ini ke arahmu
: pemakaman rasa yang telah terkubur
bayangmu layaknya udara yang aku hirup
tak dapat kuusir barang sedetikpun
dan engkau menjelma serupa gaib
kenangan memang tak pernah permisi
entah pura-pura atau bagaimana
ia selalu datang dan pergi seenaknya
tanpa perlu meminta izin
apakah aku berkenan atau tidak
tanpa perlu ucapkan maaf
atas luka yang kembali terbuka
tanpa peduli seberapa keras
aku dulu berusaha menguburkannya
tanpa mau tahu derasnya air hujan
yang turun dari bola mataku
ketika aku tancapkan nisan
pada gundukan rasa cinta kita yang telah mati
aku berduka
kau pun begitu
lalu berjalan pulang
meninggalkan separuh nyawa yang tertinggal
di pemakaman rasa
*Ilustrasi : Pemakaman Rasa
Puisi Mbak Putri selalu menyentuh perasaan, saya nggak bisa bikin yang seperti ini. Sungguh.
BalasHapusBu Fabina, wah bikin saya tersanjung nih. Padahal saya ngiri bangert lho sama tulisan-tulisan bu fabina yang bagus itu hhehe, makasih ya bu ;)
HapusUhuk, menggalau...
BalasHapusMas Ryan, hatchiii.. Lagi kangen menggalau, wkwkwkk :D
HapusHadeeeeh......galau lagi. Tapi emang Putri banget sih....#pukpuk
BalasHapusBerkat bu'e aku menggalau lagih! Wkwkwkk :*
Hapus