Menjejakkan Kaki ke Lampung, Membuka Kenangan Tentang Imas


Semalam kita bersua, kamu datang dalam mimpiku, kamu tak henti-hentinya melemparkan senyum, aku tahu kamu telah bahagia di sana, di surga-Nya.

Sabtu lalu, tepatnya tanggal 10 Februari 2018, langit masih sangat gelap, suara adzan subuh pun belum terdengar, dan saya sudah tiba di Lampung, tepat 40 hr setelah almh Imas Siti Liawati berpulang kepada Yang Maha Kuasa. Saya bersama adiknya Syarifah Suri yang juga tinggal di Depok, sepakat mengunjungi Lampung untuk beberapa hari.

Saya memang pernah berjanji kepada Imas, jika waktu mengizinkan, saya akan datang menjenguknya. Tapi kenyataannya Tuhan berkehendak lain, hingga Imas mengembuskan napas terakhir, saya belum juga menjejakkan kaki di Lampung.

Makam almh. Imas Siti Liawati 

Tapi Alhamdulillah, akhirnya saya sudah menggugurkan janji saya kepada Imas. Walaupun saya sudah tak bisa bertemu dengan raganya lagi, tapi paling tidak masih bisa mengantarkan doa untuknya, dan bertemu dengan keluarganya di Lampung. Dan nyatanya keluarga besar Imas begitu hangat menyambut saya. Ibunya, adik-adiknya, paman, bibi dan semua tetangganya juga begitu baik.

Banyak cerita yang saya dengar dari Ibunda Imas. Imas sebagai anak pertama memang ingin adik-adiknya sekolah tinggi, paling tidak mencapai S2. Sebagai anak pertama dari tiga bersaudara yang semuanya adalah perempuan, dalam pandangan saya, Imas adalah pribadi yang pantang menyerah, tegas, tidak ingin banyak mengeluh, dan ceria.

Ingatan saya mengantarkan tentang sebuah cerita. Kompasianival 2015, jadi awal pertemuan saya dan Imas. Dari situ kami mulai chat, bertukar tips tentang menulis fiksi, yang kemudian berlanjut melalui tantangan Fiksi RKJ bersama rekan fiksianer, Septiyaning. Kami bertiga secara rutin memposting Fiksi RKJ (Fiksi Rabu Kami Jumat) selama 1 bulan penuh, yaitu Februari 2016. Kala itu kami tidak menyangka bahwa hal iseng-iseng kami membuat beberapa fiksianer tertarik untuk membuat postingan serupa, dan jadilah hashtag #FiksiRKJ memenuhi beranda fb kami bertiga.

Tak sampai di situ, saya dan Imas juga kembali ingin menghidupkan fiksi, kali ini bersama Desol. kami bertiga membuat Event Fiksi Foto yang diselenggarakan pada Agustus 2016.

Sejak saat itu saya dan Imas semakin intens. Cerita demi cerita mengalir begitu saja. Termasuk penyakit ganas yang dia derita selama ini, yang mungkin banyak orang yang tidak tahu.


Kebersamaan Saya, Imas, dkk di Kompasianival 2016

Dan saya tak pernah menyangka bahwa Kompasianival 2016 adalah pertemuan terakhir saya dengan Imas. Kondisi tubuhnya yang mulai rapuh, membuatnya tak mampu (lagi) untuk melakukan perjalanan jarak jauh. Namun, jarak tak jadi masalah, selain mendoakan yang terbaik untuk kesembuhannya, saya juga masih bisa menjadi pendengarnya. Kami masih intens berkomunikasi hingga 27 Desember 2017. Di tgl yang sama saya bertemu dengan adiknya, dan menarik kesimpulan "Imas sudah menyerah dengan sakitnya".

Imas sayang, banyak hal yang kamu ajarkan kepada saya. Saya tahu sakitmu, bahkan sejak lama. Tapi yang kadang tak bisa saya pikirkan, mengapa kamu bisa begitu kuat? Menahan sakit, menyimpan semua rapat-rapat dan melepaskan senyummu kepada semua orang, seolah semua baik-baik saja. Saya rindu suaramu, senyummu, ceritamu, ceriamu. Tapi saya juga harus mengerti bahwa Tuhan tahu apa yang terbaik untukmu, Tuhan begitu sayang padamu. Terima kasih atas beberapa tahun kebersamaan kita.
*) Aku yang akan selalu merindukanmu.






Menara Siger

Foto Bersama Keluarga almh. Imas 

Kumpulan Fiksi Kolaborasi Imas Siti Liawati & Putri Apriani:
1. Kejutan Menjelang Pernikahan
2. Kupu-kupu Malam
3. Janji Mila (1)
4. Janji Mila (2)


*semua foto adalah milik pribadi

Komentar

  1. Sedih. Tapi rencana Tuhan yang terbaik untuk mbak Imas.

    BalasHapus
  2. Innalilahi wa inna ilaihi rojiun.
    Ya Allah baru tahu kalau author mba Imas sudah meninggal. Buka wattpad dan ada karya terakhir beliau sayembara askar yang bab terakhir berjudul kehilangan. Ternyata itu pertanda kita akan kehilangan beliau sebagai penulis. Al fatihah untuk beliau

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nostalgia pada Sebungkus Es Mambo

Kumpulan Fiksi Kilat (6 Kata)