Sepenggal Cerita Tentang Ibu

Ibu,
ingatkah kau ketika dulu kau menimangku? Terbangun tengah malam ketika
tangisanku memecah keheningan saat kau tertidur pulas. Ibu, ingatkah
ketika dulu kau mengantarkanku ke Taman Kanak-kanak? Mengayuh sepeda di
jalan yang licin, setelah hujan menyapa tanah yang sudah kering
kerontang.
Ingatkah?
Sebelum ke sekolah, kau tak lupa menguncir rabut ku yang panjang dan
tipis, aku selalu meminta untuk dikepang, itu kan bu yang selalu aku
suka? Ibu ingatkah? Betapa sulitnya dulu ketika kau menyuruh ku makan,
aku tidak suka nasi ya bu? Aku hanya suka mie instant, tak terbayang
betapa kerepotannya dirimu pada saat itu. Belum lagi aku yang sering
menangis, entah itu di rumah, di sekolah ataupun di tempat lain, aku ini
anak yang cengeng ya bu?
Ketika
aku remaja, aku mulai sok tahu dengan selalu membantah apa yang kau
katakan bu, aku tidak mendengarnya terlebih dahulu, padahal tak ada
maksud buruk sedikitpun, itu semua demi kebaikanku kan bu?
Bu,
bahkan ketika aku dewasa, aku tak mampu berbuat banyak.
Membahagiakanmu, membanggakanmu, semua itu belum juga kulakukan bu. Pun
ketika kau harus berjuang melawan sakitmu, aku bisa apa? Aku hanya diam,
tak bisa kurangi rasa sakit itu juga membuatmu merasa tenang saja tak
bisa. Walau kau tersenyum, aku tahu senyum itu terukir dalam tangisanmu.
Bu,
tak terasa ya? Sudah setahun kita tidak bertemu, sekarang kita berbeda
tempat ya bu? Ibu pasti bahagia di sana, tanpa rasa sakit yang dulu
pernah ibu derita, tapi kita masih bisa bertemu kan bu? Aku masih bisa
melihat senyummu, kita masih bisa berpelukan, tertawa bersama, bersenda
gurau, yaaaahhh..walaupun hanya dalam mimpi, tapi untuk saat ini itu
cukup untuk memberi ku semangat.
Bu, saat ini aku tak mampu berbuat apapun kecuali mendoakanmu..
Ditanggal
ini, setahun yang lalu tepatnya pukul 06.05 engkau menghembuskan nafas
terakhirmu, di hadapan kami, suami, anak-anakmu, menantu, dan
cucu-cucumu.
Putri Apriani, 21 November 2013
Komentar
Posting Komentar