Sajadah Usang

1385558395425016205

Engkau yang telah lama
Terpekur menyendiri di sudut dinding
Dibiarkan tak terawat
Berpelukan dengan debu-debu yang menghampiri
Hingga menjadikan wajahmu usang

Engkau yang telah menua
Mungkin kini pemilikmu lupa akan fungsimu
Ketika dia sibuk dengan berbagai aktifitas
Sehingga lupa dengan panggilan adzan
Padahal yang diminta tak banyak
Hanya lima kali dalam sehari

Lupakah dia dengan masa kecilnya?
Ayahnya membelikan sajadah
Teman ketika dia menyebut nama Tuhan-nya disetiap sujud
Teman ketika doa tak henti-hentinya dipanjatkan
Wajahnya riang kegirangan ketika itu
Ya, walaupun hanya sajadah tetapi dia begitu gembira
Sajadah yang selalu menemani ketika sulit
Sajadah yang selalu menemani
Ketika dia ingin bercerita tentang hidupnya yang pahit

Kini, sajadah itu hanya terdiam
Menerima nasib diacuhkan, tercampakkan
Mungkin karena dia yang kecil telah menjadi dewasa
Mungkin dia sudah tidak butuh sajadah
Dikala gemerlap dunia menjanjikan segalanya
Lupakah dia?
Bahwa semuanya akan sirna?

Sajadah usang pemberian sang ayah
Kini benar-benar menunggu tuk disentuh
Disentuh ’si kecil’ yang lupa pada pemberi hidup
Ataukah sajadah akan berpindah tempat?
Dibuang ke tempat yang tak seharusnya
Dan digantikan dengan sajadah yang baru
Hingga keadaan semua berubah
Sajadah usang masih menunggu ‘si kecil’ mengingat kembali kepada Tuhan-nya


Putri Apriani, 27 November 2013

Sumber Ilustrasi (ustadchandra.wordpress.com)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nostalgia pada Sebungkus Es Mambo

Makarizo Solusi Cara Merawat Rambut Rusak Secara Alami

[FF 200 Kata] Desa Kerdil